ARTICLE AD BOX
Parigi moutong, gemasulawesi - Aroma busuk jatah preman dari harumnya buah durian, pada Ekspor perdana di Kecamatan Kasimbar awal bulan Januari 2024, diduga menyeret oknum pejabat teras di Kabupaten Parigi Moutong.
Sejumlah informasi yang dihimpun gemasulawesi.com, Abdurin Aditya disinyalir seorang broker ekspor buah durian yang berasal dari jakarta.
Kelihaian Abdurin seakan-akan mampu menghipnotis sejumlah pejabat teras yang diketahui bisa mengatur kebijakan dalam daerah masuk dalam persengkongkolan atau pemufakatan jahat yang dipastikan sangat merugikan petani durian.
Langkah geng Abdurin tersebut disebut sejumlah merusak harga pasar petani durian saat panen raya tiba.
Parahnya, hasil penelusuran media ini, sejumlah rumah kemasan durian atau Packing House (PH) yang ada di Kabupaten Parigi Moutong ditenggarai dalam kendali Abdurin Aditya.
Bahkan, rumah kemasan durian/PH milik Warga Negara Asing (WNA) asal China yang kini sudah menggurita di Parigi Moutong diduga memonopoli pembelian durian ternyata ada dalam jaringan geng Abdurin Aditya.
Berdasarkan data yang diterima gemasulawesi, salah seorang petani durian yang terlibat dalam ekspor tersebut menguraikan, bahwa harga durian saat ekspor perdana pada bulan Januari 2024, hanya dihargai senilai Rp27.000 - Rp29.000 perkilo.
Harga itu menurutnya masuk ke rumah kemasan/PH dahulu sebelum melakukan ekspor. Empat rumah kemasan/PH yang melakukan ekspor perdana durian dari Parigi Moutong yakni, PT Herofruit Sumber Sukses, PT Silvia Amerta Jaya, PT Amerta Nadi Agro Cemerlang, dan PT Ammar Durian Indonesia.
Lanjut sumber petani, harga Rp 27.000-29.000 merupakan harga yang tidak layak, sebab jika mengacu harga pasar pada umumnya perkilo utuh buah durian berkisar di Rp 40.000-45.000.
Sementara diketahui harga ekspor percoral durian isi 5 kilogram di bandrol dengan harga Rp 500.000.
Ditambahkannya, jika dihitung secara angka, kerugian petani cukup banyak, sebab harga pasar durian pada umumnya Rp 40.000 perkilogram, namun durian kami saat ekspor di hargai Rp27.000 perkilogram. Seharusnya, saat ekspor durian petani nilai jualnya minimal harus naik dari harga umumnya, namun saat ekspor harganya jauh di bawah harga pasar.
"Kami petani durian seakan-akan dipaksa untuk ikut ekspor. Sebab, ekspor itu saat panen raya, kami seolah-olah dihantui, jika tidak dijual secepatnya durian akan busuk. Saat itu buah durian melimpah. Akan jual kemana jika durian lama tertahan tidak ada yang beli," ujar sumber.
Sehingga menurutnya, mau tidak mau akhirnya petani akan menjual ke PH yang terlibat ekspor tersebut.
lanjut dia, semua petani yang mengikuti program ekspor tersebut hampir dipastikan dalam kondisi merugi, mengingat biaya produksi tidak tertutupi dengan harga jual.
Harusnya dengan kondisi itu, pemerintah harus hadir memastikan harga durian benar-benar berpihak kepada petani, bukan berpihak pada pengusaha/Packing House durian.
"Kami hanya menginginkan keberpihakan pemerintah dalam soal harga, jangan kami petani yang punya durian, tapi kami yang seakan-akan 'dipaksa' untuk mau mengikuti harga beli pengusaha," imbuhnya.
Pj Bupati Parigi Moutong, Richard Arnaldo Djanggola yang beberapa kali di konfirmasi gemasulawesi.com, berkaitan dengan hal tersebut, belum mendapatkan respon apapun. Padahal nomor telpone 0811450xxx diketahui milik Pj Bupati.
Kaban Bapenda Parigi Moutong, Mohammad Yasir yang juga dikonfirmasi media ini lewat nomor telpone pribadinya 082115423xxx belum memberikan keterangan apapun.
Baca Juga:
Digempur Isu Negatif dan Fitnah, Nizar Rahmatu Berterima Kasih Dikampanyekan Gratis Lawan Politik
Pj Bupati Richard Arnaldo Djanggola yang coba untuk di konfirmasi langsung di kantornya sedang tidak berada ditempat, coba dimintai waktunya untuk bertemu di Rujab melalui ajudannya juga belum mendapatkan respon karena alasan sedang beristirahat karena belum lama pulang dari kantor.
Sementara Abdurin Aditya yang dikonfirmasi media ini, Rabu 13 November 2024 mengatakan, perihal bagi-bagi komisi atau keuntungan dari ekspor perdana, hal itu tidak terjadi sama sekali.
"Ini menyedihkan menurut saya jika ada muncul informasi seperti itu. Kami dari asosiasi sifatnya non profit dan membantu, sangat disayangkan jika ada statement seperti ini," ujar Apdurin lewat pesan Whatssapp.
Lanjut Abdurin, pada ekspor perdana bulan Januari 2024 lalu, untuk 2 kountainer ada 3 rumah kemasan durian/packing house yang terlibat, dan ada sebanyak 30 petani durian. Dengan buah durian sebanyak 75 ton.
Untuk harga buah durian utuh dari petani di hargai senilai Rp 28.000 - 32.000 per kilogram. Sedangkan untuk harga durian saat ekspor menurutnya Rp 100.000 - 115.000 per kilogram.
Ditanyakan terkait Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari ekspor durian itu, biaya dari Badan Pemerintah yang muncul ,semua ada dibayarkan mulai dari logistik ,health certificate hingga karantina. (FARA ZAENONG)