ARTICLE AD BOX
Bojonegoro, gemasulawesi - Debat publik perdana calon wakil bupati dalam Pilkada Bojonegoro 2024 menjadi sorotan publik setelah insiden mengejutkan terjadi di acara tersebut.
Dilangsungkan di salah satu hotel di Jalan Veteran, acara ini bertujuan untuk memperkenalkan visi dan misi masing-masing pasangan calon kepada masyarakat.
Dalam suasana yang seharusnya kondusif, dua pasangan calon, Teguh Haryono - Farida Hidayati dan Setyo Wahono - Nurul Azizah, diundang untuk menyampaikan pandangan mereka.
Kehadiran kedua pasangan calon membuat banyak orang antusias. Namun, suasana berubah ketika moderator memanggil calon wakil bupati, Farida Hidayati dan Nurul Azizah, untuk naik ke podium.
Baca Juga:
Tuai Kontroversi! Sound Horeg Menggelegar di Pesta Rakyat Pelantikan Prabowo Gibran
Farida, sebagai calon nomor urut 1, mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan visi dan misinya dalam waktu 2 menit 30 detik.
Namun, secara tiba-tiba, Teguh Haryono, calon bupati nomor urut 01, ikut naik ke panggung.
Tindakan ini sontak memicu kehebohan di kalangan tim pemenangan pasangan calon nomor urut 02, yang merasa terganggu dengan kehadiran calon bupati di podium debat wakil bupati.
Kondisi yang tidak kondusif ini memaksa Ketua KPU Kabupaten Bojonegoro, Robby Adi Perwira, untuk mengambil langkah tegas.
“Mohon maaf yang sebesar-besarnya, acara pada malam hari ini akan saya hentikan,” ujar Robby, menjelaskan bahwa situasi sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan debat.
KPU menegaskan bahwa sesi debat seharusnya menjadi kesempatan bagi calon wakil bupati untuk berbicara tanpa ada intervensi dari calon bupati.
Respon publik terhadap insiden ini cukup kuat. Netizen di media sosial ramai berkomentar, menunjukkan kekecewaan mereka terhadap sikap Teguh Haryono.
“Blm jadi aja udah ngga taat aturan, apalagi kalau sudah jadi,” komentar salah seorang warganet.
Baca Juga:
Megawati Tak Hadir di Momen Bersejarah Pelantikan Prabowo sebagai Presiden RI Hari Ini, Ada Apa?
Warga Bojonegoro diharapkan lebih bijak dalam memilih calon pemimpin mereka.
Situasi ini tidak hanya menyoroti pentingnya visi dan misi, tetapi juga integritas dan disiplin dari calon yang akan memimpin daerah.
Masyarakat perlu mempertimbangkan sikap dan perilaku calon dalam berbagai situasi, terutama dalam acara publik yang bersifat formal.
Debat publik seharusnya menjadi platform untuk calon menunjukkan potensi dan kesiapan mereka dalam memimpin.
Namun, insiden seperti ini menciptakan keraguan di kalangan pemilih tentang kredibilitas calon.
Ke depan, penting bagi semua pihak, termasuk KPU dan calon, untuk menjaga etika serta disiplin agar proses demokrasi berjalan dengan baik.
Hal ini akan memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa mereka dapat memilih pemimpin yang tidak hanya memiliki visi dan misi yang jelas, tetapi juga mampu menghormati aturan dan kesepakatan yang ada. (*/Shofia)