ARTICLE AD BOX
Internasional, gemasulawesi – SOS Children’s Village menyampaikan stafnya mengunjungi fasilitasnya yang melayani anak-anak tanpa pengasuhan orang tua di kota selatan Jalur Gaza, Rafah, hanya untuk mendapati fasilitas tersebut telah hancur total.
Penjabat direktur SOS Children’s Village, Reem Alreqeb, yang termasuk di antara mereka yang datang ke lokasi mengatakan rumah-rumah penduduk lama telah menjadi puing-puing.
“Tidak seorang pun yang mengantisipasi kehancuran sebesar itu,” ujarnya.
Dia menambahkan perwakilan anak-anak terus bertanya ‘Di mana rumahku? Di mana kenangan anak-anakku?’.
Baca Juga:
Warga Palestina Temukan Sejumlah Barang Milik Mantan Pemimpin Hamas Yahya Sinwar yang Tewas Dibunuh
“Mereka berharap dapat menemukan bahkan sebagian kecil kenangan mereka dan kenangan anak-anak mereka tetapi sayangnya semuanya terhapus sepenuhnya,” katanya.
SOS Children’s Village menyampaikan pihaknya mengevakuasi fasilitasnya di Rafah pada bulan Mei tahun lalu ketika pasukan penjajah Israel melancarkan serangannya di kota selatan itu.
Dikatakan bahwa meskipun desa itu diakui sebagai pusat kemanusiaan, desa itu diancam dengan bom yang jatuh dari jarak 200 meter.
Dia mengatakan jika pihaknya tidak pergi, mungkin semua akan terbunuh.
Baca Juga:
Kementerian Kesehatan Gaza Sebut Tidak Ada Rumah Sakit yang Beroperasi Penuh di Jalur Gaza
“Ini adalah pengingat yang tragis lainnya bahwa anak-anak yang tidak berdosa menanggung biaya paling tinggi dari perang brutal ini,” ungkapnya.
Badan amal tersebut saat ini mengurus sekitar 33 anak yang ditemukan tanpa pendamping dan terpisah dari orang tua mereka.
“Kita perlu membangun kembali desa itu dari awal,” tuturnya.
Dia menambahkan sayangnya, kemungkinan besar anak-anak dan staf yang masih tinggal di Jalur Gaza harus tinggal di tempat penampungan sementara untuk waktu yang lama.
Baca Juga:
Pemukim Penjajah Israel Bertopeng Serbu Desa Palestina dan Melukai Sedikitnya 12 Orang
Di sisi lain, dalam pembaruan terkini, badan kemanusiaan PBB, OCHA, menyatakan salah satu tantangan untuk pemulihan Jalur Gaza adalah membersihkan ranjau darat dan persenjataan lain yang belum meledak yang tertinggal dari perang selama 15 bulan.
OCHA mengutip laporan terkini dari Global Protection Cluster, sebuah kelompok PBB dan organisasi kemanusiana lainnya, yang memperkirakan bahan peledak yang terkubur di reruntuhan di Jalur Gaza akan memerlukan 500 juta USD selama 10 tahun untuk dibersihkan dari sekitar 42 juta ton puing yang juga mengandung asbes, sisa-sisa manusia, dan kontaminan berbahaya lainnya. (*/Mey)