ARTICLE AD BOX
Internasional, gemasulawesi – Media pemerintah melaporkan serangan udara penjajah Israel di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, menyebabkan kerusakan parah pada beberapa bangunan di Universitas Lebanon.
Kantor Berita Nasional pada hari Sabtu, tanggal 9 November 2024, mengatakan beberapa bangunan fakultas dan laboratorium di kampus Rafik Hariri di daerah Hadath mengalami kerusakan yang parah.
“Institusi ini akan tetap tanggauh dalam menghadapi mesin perang penjajah Israel,” ujar Bassam Badran, yang merupakan Presiden Universitas tersebut.
Baca Juga:
Pasukan Penjajah Israel Dilaporkan Menyerbu Desa Marda di Tepi Barat yang Diduduki
Dia menambahkan serangan-serangan ini tidak akan menghalangi mereka untuk melanjutkan misi pendidikan dan juga pelayanan masyarakat.
Badran menyebutkan universitas itu memulai tahun akademik 2024-2025 beberapa hari yang lalu, menawarkan pembelajaran jarak jauh di semua cabang dan juga institutnya.
Kampus Rafik Hariri merupakan salah satu kompleks terbesar Universitas Lebanon yang menampung banyak fakultas, termasuk sains, teknik, farmasi, kedokteran, dan yang lainnya.
Kampanye udara besar-besaran penjajah Israel di Lebanon telah berlangsung sejak akhir September terhadap apa yang diklaimnya sebagai target Hizbullah, sebuah peningkatan dalam perang lintas perbatasan selama setahun sejak dimulainya perang Gaza.
Hingga kini, lebih dari 3.100 orang tewas dan lebih dari 13.800 orang terluka dalam serangan penjajah Israel sejak bulan Oktober 2024.
Hal tersebut disampaikan oleh otoritas kesehatan Lebanon.
Baca Juga:
Tentara Penjajah Israel Memanggil Ratusan Guru Sekolah untuk Berperang di Gaza dan Lebanon
Penjajah Israel melancarkan serangan ke Lebanon selatan pada tanggal 1 Oktober 2024.
Antony Blinken, yang merupakan Menteri Luar Negeri AS, dan mitranya dari Uni Emirat Arab, Abdullah bin Zayed Al Nahyan, membahas peningkatan upaya untuk mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza dan Lebanon lewat panggilan telepon pada hari Sabtu, tanggal 9 November 2024, waktu setempat.
Al Nahyan dan Blinken bertukar pandangan mengenai perkembangan terkini di Timur Tengah, khususnya situasi kemanusiaan di Jalur Gaza.
Hal tersebut disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri UEA dalam sebuah pernyataan.
Kemenlu UEA melanjutkan panggilan telepon itu difokuskan pada upaya mengintensifkan untuk mencapai gencatan senjata segera dan mengakhiri bencana kemanusiaan di Jalur Gaza dan perkembangan terkini di Lebanon. (*/Mey)