ARTICLE AD BOX
Nasional, gemasulawesi - Nama Da'i Bachtiar mendadak ramai diperbincangkan dan menjadi trending di platform X atau Twitter hingga hari ini, Minggu 4 November 2024.
Sosok mantan Kapolri ini disebut-sebut oleh Calon Bupati Indramayu, Jawa Barat, Nina Agustina, dalam sebuah video yang memperlihatkan dirinya sedang terlibat cekcok dengan seorang warga.
Dalam perdebatan tersebut, Nina menegaskan bahwa ia adalah anak dari Da'i Bachtiar, yang tampaknya ia sebutkan untuk menyoroti latar belakangnya.
Video tersebut langsung menarik perhatian publik dan memicu banyak perbincangan di media sosial, khususnya di platform X.
Sejumlah warganet penasaran dengan sosok yang disebut Nina, yaitu Da’i Bachtiar. Pertanyaan tentang siapa sebenarnya Da'i Bachtiar menjadi topik utama yang menarik minat warganet.
Dalam pantauan gemasulawesi, nama Da'i Bachtiar berhasil menduduki urutan trending, seiring banyaknya pengguna X yang penasaran dan membahas latar belakangnya.
Da’i Bachtiar bukanlah sosok asing dalam dunia kepolisian dan pemerintahan Indonesia.
Ia adalah seorang tokoh dengan karier panjang yang telah banyak berjasa, terutama dalam bidang keamanan dan diplomasi.
Baca Juga:
PVMBG Naikkan Status Gunung Lewotobi Laki-Laki dari Level III Siaga Menjadi Level IV Awas
Lahir di Indramayu pada 25 Januari 1950, Da’i Bachtiar meniti karier kepolisiannya sejak lulus dari Akademi Kepolisian pada awal tahun 1970-an.
Kariernya terus menanjak hingga ia mencapai puncaknya sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) pada periode 2001 hingga 2005.
Da’i Bachtiar dikenang atas kiprahnya yang berperan penting dalam berbagai kebijakan keamanan dalam negeri.
Setelah pensiun dari Kepolisian, kiprahnya tidak lantas berhenti. Ia melanjutkan kariernya di bidang diplomasi dengan menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia pada periode 2008 hingga 2011.
Baca Juga:
Polda DIY Lakukan Razia Besar-besaran! Ribuan Botol Miras Ilegal Disita dan 38 Toko Disegel
Dalam perannya sebagai duta besar, ia berhasil memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Malaysia, berkat pendekatan diplomatik yang ia lakukan secara profesional dan berpengalaman.
Pendidikan Da’i Bachtiar mencakup berbagai pelatihan kepolisian tingkat tinggi yang membekalinya dengan kompetensi luar biasa. Ia memulai dari Akademi Kepolisian (AKABRI) yang diselesaikannya pada 1972, dilanjutkan dengan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) pada 1980.
Kemudian, ia juga menyelesaikan Sekolah Staf dan Pimpinan Polisi (Sespim Pol) pada 1987 dan Kursus Penyidikan Spesialis Serse pada 1990.
Pendidikan terakhir yang ia tempuh adalah Sekolah Staf dan Komando ABRI (Sesko ABRI) pada 1996, yang semakin mengukuhkan kemampuannya dalam strategi dan manajemen keamanan tingkat tinggi. (*/Risco)