ARTICLE AD BOX
Nasional, gemasulawesi - Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini mengumumkan pengurangan anggaran untuk program makan bergizi gratis yang awalnya direncanakan sebesar Rp 15.000 per porsi menjadi Rp 10.000.
Keputusan tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Prabowo di Istana Kepresidenan pada Jumat, 29 November 2024.
Menurut Presiden, meskipun angka tersebut lebih rendah dari rencana awal, anggaran Rp 10.000 dianggap masih mencukupi untuk menyediakan makanan yang berkualitas dan bergizi, terutama di daerah-daerah tertentu.
Namun, langkah tersebut menuai perhatian dari berbagai pihak, termasuk pegiat media sosial sekaligus produser film, Denny Siregar.
Dalam cuitannya di akun X pada Sabtu, 30 November 2024, Denny mengutarakan kekhawatiran terkait efektivitas program tersebut.
Ia mempertanyakan apakah siswa penerima manfaat akan benar-benar mendapatkan satu porsi makanan seharga Rp 10.000 atau justru kurang dari itu akibat potongan biaya operasional.
“Makan gratis akhirnya cuman Rp 10.000. Sampe ke siswa tinggal berapa?” tulisnya.
Komentar ini mencerminkan keraguan Denny terhadap transparansi dan akuntabilitas program, terutama terkait distribusi anggaran di lapangan.
Cuitan Denny Siregar pun memancing berbagai reaksi dari warganet.
Sebagian besar menyuarakan kekhawatiran yang serupa, terutama mengenai apakah anggaran tersebut benar-benar mampu mencakup kebutuhan makanan bergizi.
“Siapa tahu ada dana operasional, jadi Ndak perlu motong-motong lagi. Siapa tahu ....” tulis akun @kan*** dengan nada skeptis.
Sementara itu, akun @NoK*** mengungkapkan bahwa kriteria makanan bergizi yang mencakup nasi, lauk, sayur, buah, dan susu sulit terpenuhi dengan anggaran Rp 10.000. “10 ribu dapet apaan? Belum biaya wadah, transportasi, margin penjual dll,” tulisnya.
Baca Juga:
Industri Lokal Terancam! 72 Ribu Kontainer Tekstil Ilegal dari China Membanjiri Pasar Indonesia
Ada pula warganet yang membandingkan dengan pengalaman di warung makan sederhana. “Klau di warteg pket 10.000 itu bang cuma pake telor sma syur daun singkong,” ungkap akun @jay***.
Pengurangan anggaran ini menimbulkan perdebatan di masyarakat tentang standar makanan bergizi dan bagaimana pemerintah memastikan implementasi yang efektif.
Program makan bergizi gratis diharapkan tidak hanya menjadi janji, tetapi benar-benar memberikan manfaat optimal kepada para siswa, terutama yang berada di wilayah terpencil.
Dengan alokasi yang ketat dan transparansi dalam pelaksanaannya, program ini tetap memiliki potensi untuk membantu meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia. (*/Risco)