ARTICLE AD BOX
Internasional, gemasulawesi – Pasukan penjajah Israel mencabut sekitar 150 pohon zaitun pada tanggal 2 Desember 2024, waktu setempat, di Desa Al-Minya, yang terletak di sebelah timur Betlehem di Tepi Barat yang diduduki.
Kepala Dewan Desa Al-Minya, Zayed Kawazbeh, mengisahkan bahwa pohon-pohon tersebut dicabut oleh tentara penjajah Israel di daerah Al-Baqaa, yang terletak di sepanjang jalan utama yang menghubungkan Betlehem dengan pedesaan timurnya.
“Penduduk Palestina di Al-Minya terus menderita serangan di tangan tentara pendudukan dan juga pemukim penjajah Israel, yang bertujuan mengusir mereka secara paksa dari tanah mereka, “ tuturnya kepada media.
Baca Juga:
Seorang Koki Asal Gaza Dilaporkan Tewas Akibat Serangan Pesawat Tak Berawak Penjajah Israel
Desa ini membentang hingga ke gurun Al-Minya, mencapai Laut Mati dan mencakup puluhan ribu dunam.
Daerah yang luas ini baru-baru ini menjadi fokus upaya para pemukim untuk merebutnya, dengan rencana membangun jalan pemukiman yang akan memisahkan desa dan daerah sekitarnya sekaligus menghubungkan pemukiman ilegal di dekatnya.
Sejak Oktober tahun lalu, otoritas penjajah Israel telah menutup semua titik akses ke desa itu.
Baca Juga:
Warga Palestina Kecam Keputusan Penjajah Israel untuk Menyita Pengeras Suara dari Masjid
Penutupan itu membuat penduduk hampir tidak mungkin mencapai lahan pertanian atau area penggembalaan mereka yang berdampak buruk pada mata pencaharian mereka.
Menurut Otoritas Perlawanan Tembok dan Pemukiman, pasukan penjajah Israel dan pemukim telah melakukan 407 serangan terhadap warga Palestina sejak dimulainya musim zaitun kepada bulan Oktober 2024, termasuk 120 serangan yang dilakukan oleh tentara dan juga 242 serangan lainnya oleh pemukim, selain 45 serangan gabungan.
Serangan-serangan tersebut diketahui mencakup kampanye penangkapan, pemblokiran lalu lintas, intimidasi, dan pencegahan petani terhadap akses ke tanah mereka.
Baca Juga:
Seorang Anak Meninggal Karena Kekurangan Oksigen dan Pasokan Medis di Jalur Gaza Utara
Donald Trump, yang merupakan presiden terpilih Amerika Serikat, menyampaikan bahwa akan ada ‘neraka yang harus dibayar’ di Timur Tengah jika sandera yang ditawan di Jalur Gaza tidak dibebaskan sebelum pelantikannya pada tanggal 20 Januari 2025. (*/Mey)