ARTICLE AD BOX
Nasional, gemasulawesi - Kasus dugaan korupsi impor gula yang melibatkan mantan Menteri Perdagangan RI periode 2015-2016, Tom Lembong, kini menjadi sorotan besar.
Tom Lembong mendadak ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung (Kejagung), hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan terkait dengan proses hukum yang sedang berjalan.
Keputusan Kejagung untuk menetapkan Lembong sebagai tersangka membuat banyak pihak, termasuk anggota DPR, merasa perlu memberikan pandangannya mengenai penanganan kasus ini.
Dalam rapat kerja dengan Komisi III DPR RI, anggota dewan dari berbagai fraksi menyampaikan keprihatinan terkait proses hukum yang dijalankan oleh Kejagung.
Salah satu yang paling vokal mengkritik adalah anggota Komisi III dari Fraksi Gerindra, Muhammad Rahul.
Rahul menyatakan bahwa Kejagung terkesan terburu-buru dalam menangani kasus Tom Lembong. Ia mengingatkan agar proses hukum dalam kasus ini dilakukan dengan transparan dan jelas.
"Proses hukum yang terburu-buru bisa menciptakan opini negatif di publik. Jaksa Agung harus menjelaskan dengan detail bagaimana proses hukum ini dijalankan, supaya masyarakat tidak menganggap pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menggunakan hukum sebagai alat politik," ujar Rahul dalam keterangannya pada Kamis, 14 November 2024.
Rahul juga menegaskan bahwa masyarakat sangat membutuhkan penjelasan yang lebih mendalam agar tidak ada kesalahpahaman.
Menurutnya, pemerintah Indonesia harus tetap menjaga persatuan dengan menegakkan hukum secara adil tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik apapun.
"Indonesia memerlukan persatuan yang kuat, namun kita juga harus menjunjung tinggi tegaknya hukum," tambah Rahul.
Anggota Komisi III lainnya, Nasir Djamil dari Fraksi PKS, juga memberikan kritik yang tajam terhadap bukti-bukti yang disampaikan oleh Kejagung dalam kasus ini.
Menurut Nasir, dalam hukum pidana, bukti yang digunakan haruslah sangat terang dan meyakinkan.
Baca Juga:
Pj Gubernur Pastikan Kesiapan Jawa Barat Gelar Pilkada Serentak Tahun 2024
"Bukti dalam pidana itu harus lebih terang dari cahaya. Bangunan hukum ini sangat spesifik dan hanya orang-orang tertentu yang bisa mengaksesnya. Jika bukti yang disampaikan masih lemah, maka proses hukum bisa dipertanyakan," ungkap Nasir.
Ia menilai bahwa Kejagung terkesan tergesa-gesa dalam mengambil langkah-langkah besar seperti pemanggilan dan penahanan Tom Lembong tanpa memberikan penjelasan yang cukup mengenai bukti yang ada.
Lebih lanjut, Nasir juga menambahkan bahwa keputusan Kejagung untuk langsung menahan Tom Lembong menimbulkan spekulasi di kalangan publik yang dapat merusak citra Presiden Prabowo Subianto, yang selama ini dikenal berkomitmen untuk menegakkan hukum secara adil.
"Keputusan untuk memanggil dan langsung menahan Tom Lembong menimbulkan berbagai spekulasi publik. Ini bisa mencederai citra Presiden Prabowo Subianto yang ingin memastikan bahwa hukum ditegakkan seadil-adilnya," jelas Nasir.
Baca Juga:
KPU Sigi Sampaikan Pilkada 2024 Sebagai Sarana Pemenuhan Hak-Hak Politik Masyarakat
Di sisi lain, anggota Komisi III dari Fraksi Partai Demokrat, Hinca Pandjaitan, turut menyuarakan kekhawatirannya mengenai penanganan kasus ini.
Menurut Hinca, banyak aspirasi yang diterima dari masyarakat yang menyatakan bahwa penanganan kasus Tom Lembong ini memiliki nuansa politik.
Hinca mengatakan, "Kami banyak mendengar dari masyarakat bahwa kasus ini sarat dengan dugaan balas dendam politik. Ini sangat penting untuk disampaikan kepada publik. Kejagung harus menjelaskan dengan jelas agar spekulasi ini tidak berkembang lebih jauh."
Hinca menegaskan bahwa penegakan hukum harus berjalan profesional tanpa ada intervensi politik, demi menjaga kepercayaan publik terhadap proses hukum di Indonesia.
Baca Juga:
Penjajah Israel Hancurkan Rumah Warga Palestina di Yerusalem Timur dan Hebron
Selain itu, Hinca juga mengingatkan bahwa spekulasi politik yang berkembang bisa merusak citra lembaga hukum di Indonesia, yang seharusnya bekerja berdasarkan prinsip independensi dan keadilan.
"Proses hukum yang transparan dan berbasis bukti yang kuat akan menjamin bahwa penegakan hukum di Indonesia tetap berjalan dengan baik dan tidak disusupi oleh kepentingan politik tertentu," tambahnya.
Sementara itu, Kejaksaan Agung sendiri belum memberikan penjelasan rinci terkait dengan kritik-kritik yang disampaikan oleh anggota DPR.
Namun, dari pernyataan yang ada, dapat dipahami bahwa Kejagung berkomitmen untuk mengungkapkan fakta-fakta terkait kasus ini dalam waktu yang tepat.
Kejaksaan Agung juga menegaskan bahwa setiap langkah hukum yang diambil selalu berdasarkan prosedur hukum yang berlaku di Indonesia. (*/Shofia)