ARTICLE AD BOX
Kupas Tuntas, gemasulawesi - Di era kecerdasan buatan ini, informasi merupakan sumber daya yang sangat berharga bagi pengembang dan perusahaan.
Data penggunaan dari ribuan (atau jutaan) orang dapat menjadi bagian dari kumpulan data yang digunakan untuk melatih model kecerdasan buatan atau AI tertentu.
Microsoft merupakan pemain terkemuka di sektor AI, yang bekerja sama erat dengan OpenAI.
Dilansir dari Android Headlines, telah muncul gugatan hukum yang menargetkan LinkedIn milik Microsoft, dengan tuduhan pengumpulan data yang tidak sah untuk pelatihan AI.
Banyak layanan memiliki opsi yang dapat anda pilih, di mana anda membagikan data penggunaan aplikasi anda kepada pengembang atau developer.
Biasanya, akan ada pesan yang mengatakan bahwa data anda akan bersifat pribadi, tidak digunakan untuk mengidentifikasi anda, dan membantu meningkatkan aplikasi.
Hal serupa muncul saat anda pertama kali menyiapkan ponsel Android, misalnya, yang menawarkan anda tombol untuk mengaktifkan atau menonaktifkan opsi tersebut.
Namun, gugatan hukum terbaru terhadap LinkedIn ini menuduh bahwa layanan tersebut diam-diam memperkenalkan opsi untuk membagikan data penggunaan tanpa otorisasi sebelumnya.
Dengan kata lain, perusahaan tersebut mungkin telah menerapkan pengaturan default baru tanpa memberi tahu pengguna.
Menurut gugatan tersebut, LinkedIn dapat membagikan data pribadi, termasuk pesan langsung, dengan pihak ketiga untuk melatih model AI mereka.
Seperti layanan lain dengan opsi serupa, anda dapat memilih untuk tidak ikut serta.
Namun, gugatan tersebut menuduh bahwa LinkedIn menerapkan pengaturan baru tersebut tanpa memberi tahu pengguna.
Ini berarti bahwa banyak orang mungkin membagikan informasi pribadi mereka saat ini tanpa menyadarinya.
Pengajuan tersebut mengatakan bahwa platform sosial untuk para profesional memperbarui bagian Tanya Jawabnya, yang mencerminkan keberadaan opsi baru tersebut.
Namun, disebutkan bahwa menonaktifkannya tidak akan memengaruhi data yang telah dibagikan.
Penggugat meminta ganti rugi sebesar 1000 Dolar untuk setiap pengguna yang terdampak, sedangkan di sisi lain, tim LinkedIn mengklaim tidak melakukan penyimpangan apa pun.
Seorang juru bicara perusahaan itu mengatakan bahwa tuduhan tersebut "adalah klaim palsu tanpa dasar." (*/Armyanti)