ARTICLE AD BOX
Nasional, gemasulawesi - Pegiat media sosial Said Didu turut menanggapi pernyataan Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, yang mengaku sebagai mantan aktivis 98.
Sebelumnya, pernyataan Bahlil ini disorot oleh pegiat media sosial lainnya, Umar Hasibuan, melalui unggahan di akun Twitter atau X resminya.
Dalam unggahannya, Umar membagikan sebuah video yang menampilkan Bahlil Lahadalia menyatakan dirinya sebagai salah satu aktivis yang mempelopori gerakan reformasi.
"Bahlil bilang dia aktivis yg ikut memplopori reformasi. Kalian percaya dia aktivis 98?" tulis Umar sembari mempertanyakan klaim tersebut kepada warganet.
Tanggapan Umar Hasibuan itu kemudian menarik perhatian Said Didu. Melalui cuitannya, Said Didu memberikan komentar tegas tentang klaim Bahlil.
Ia mengungkapkan bahwa saat tahun 1998 dirinya menjabat sebagai anggota DPR/MPR dan mengenal hampir semua aktivis yang terlibat dalam gerakan reformasi.
Namun, Said Didu mengaku tidak pernah mendengar nama Bahlil sebagai salah satu aktivis kala itu.
"Hahaha. Saya anggota DPR/MPR saat 98 - saya ketemu dan kenal hampir semua aktivis 98 - saya tdk kenal dan tdk pernah dengar nama Bahlil," tulis Said Didu di Twitter.
Ia bahkan secara satir menduga bahwa Bahlil mungkin telah mengganti nama atau melakukan operasi plastik. "Atau mungkin skrg sdh ganti nama dan operasi plastik," lanjut cuitannya.
Komentar Said Didu ini pun memicu diskusi di kalangan warganet. Sebagian warganet mencoba memberikan pandangan alternatif mengenai klaim Bahlil.
"Kemungkinan di waktu itu dia (Bahlil Lahadalia) berjuang dari daerahnya Pak. Dan ada yg berjuang di pusat," tulis akun @bal***.
Ada juga yang mengingatkan Said Didu untuk tidak menyamaratakan peran semua aktivis.
"Jgn begitu pak said Tdk semua aktivis itu jadi tokoh utama," tulis akun @yul***.
Perdebatan ini terus berlanjut, dengan banyak warganet mempertanyakan kebenaran pernyataan Bahlil dan mengkritisi tanggapan Said Didu yang dinilai bernada sinis.
Perdebatan ini menunjukkan betapa klaim sejarah sering kali menjadi perdebatan, terutama ketika menyangkut peran individu dalam peristiwa besar seperti gerakan reformasi 1998.
Hingga kini, belum ada klarifikasi lebih lanjut dari Bahlil Lahadalia terkait komentar-komentar yang bermunculan di media sosial tersebut. (*/Risco)