BMKG Sampaikan Dampak Hidrometeorologi di Sulteng Masih Berpotensi Terjadi hingga Maret 2025

1 week ago 3
ARTICLE AD BOX

Palu, gemasulawesi – BMKG menyampaikan dampak hidrometeorologi di Provinsi Sulawesi Tengah masih berpotensi terjadi hingga bulan Maret 2025 karena dipicu pertumbuhan awan hujan yang masih masif.

Nur Alim, Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis-Aljufri, mengatakan potensi dampak meteorologi cukup besar hingga bulan Maret mendatang berdasarkan pemantauan cuaca yang pihaknya lakukan lewat citra satelit.

Nur Alim menerangkan potensi itu sangat rentan terjadi pada wilayah-wilayah yang berada pada zona rawan bencana sehingga BMKG merilis prakiraan cuaca 7 hari ke depan dengan kecenderungan hujan turun dengan intensitas ringan hingga lebat di Sulawesi Tengah.

Menurut pemetaan BMKG, daerah rentan terhadap ancaman dampak hidrometeorologi, yaitu wilayah-wilayah yang mempunyai riwayat bencana banjir bandang dan tanah longsor.

Baca Juga:
Tuntut LPJ Anggaran 2024 dan Legalitas BPD, Warga Desa Sigenti Parigi Moutong Unjuk Rasa di Kantor Kepala Desa

Dikutip dari Antara, catatan BMKG, daerah rawan bencana tinggi berada di Sigi yang beberapa waktu yang lalu dilanda oleh banjir lalu Buol juga mengalami hal yang sama, Banggai Laut, Donggala bagian utara, dan Morowali Utara.

“Perlu ada perhatian yang khusus pada daerah-daerah yang mempunyai zona rawan bencana yang tinggi, khususnya ancaman hidrometeorologi,” ucapnya.

Dia menuturkan menurut pemantauan BMKG cuaca ekstrem terjadi dipicu perlambatan angin di wilayah udara Provinsi Sulawesi Tengah sehingga memberikan pengaruh terhadap sirkulasi penguapan air ke udara melambat, akibatnya awan hujan tumbuh lebih cepat.

Oleh karena itu, BMKG mengimbau warga yang berada di daerah zona rawan bencana tinggi perlu mewaspadai ancaman tanah longsor dan banjir bandang.

Baca Juga:
Kasus Korupsi Dana PEN Seret Bupati Situbondo dan Pegawai PUPR, KPK Tahan Dua Tersangka yang Punya Peran Penting Ini

Dia mengatakan kewaspadaan perlu karena bencana tidak dapat dipastikan kapan terjadi.

“Tetapi masyarakat perlu memperkecil risiko lewat penguatan mitigasi mandiri,” katanya.

Pengamatan BMKG juga menunjukkan tanah longsor memiliki potensi terjadi di wilayah Parigi Moutong, Sigi, dan Donggala bagian utara karena mempunyai lereng yang cukup terjal, ditambah dengan kejenuhan tanah akibat diguyur hujan berturut-turut sejak beberapa hari terakhir dapat mempercepat proses pergerakan tanah.

Dia menyampaikan pihaknya mengimbau masyarakat yang melakukan perjalanan jauh sebaiknya hindari untuk melintas di jalur pegunungan pada malam hari untuk mengantisipasi kondisi membahayakan keselamatan, di samping jarak padang terganggu karena kabut juga berpotensi longsor. (Antara)

Read Entire Article