ARTICLE AD BOX
Surabaya, gemasulawesi - Belakangan ini keberadaan tukang parkir di minimarket menjadi sorotan publik.
Pasalnya, keberadaan tukang parkir yang semakin merajalela dinilai tidak efektif dan menimbulkan dampak negatif bagi para pelaku usaha.
Menghadapi situasi ini, sebuah minimarket telah mengambil langkah proaktif yang patut dicontoh.
Dengan menggunakan pengeras suara, mereka menghimbau pelanggan untuk tidak membayar parkir liar yang berkeliaran di sekitar area mereka.
Langkah ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih nyaman dan aman bagi pelanggan.
"Pelanggan yang terhormat, Alfamidi tidak menyediakan juru parkir ya, yang didepan itu parkir liar. Mohon untuk tidak memberikan uang kepada tukang parkir, jadi parkirannya gratis," ungkap salah satu pegawai di minimarket tersebut melalui pengeras suara.
Keputusan ini tidak hanya berfokus pada kenyamanan pelanggan, tetapi juga menciptakan kesadaran tentang dampak negatif dari parkir liar.
Beberapa netizen menyambut baik inisiatif ini dengan berargumen bahwa membayar Rp 2.000 untuk parkir tidak akan merugikan, dan justru bisa mengamankan kendaraan.
Baca Juga:
Tak Pakai Dana APBN! Ternyata Ini Sosok yang Biayai Retret Kabinet Merah Putih di Akmil Magelang
“Uang Rp 2.000 tidak membuatmu miskin. Ini biasanya saudaranya tukang parkir,” ungkap salah satu netizen.
Namun, tidak sedikit pula yang mengungkapkan protes terhadap keberadaan biaya parkir ini.
Beberapa pelaku usaha merasa bahwa keberadaan tukang parkir justru membuat pelanggan enggan berbelanja.
“Toko sepi akibat parkir, para pelanggan malas belanja,” keluh seorang pemilik usaha yang terdampak.
Sementara itu, ada pula suara dari pelanggan yang berbagi pengalaman.
Seorang netizen menceritakan, “Saya mau ke ATM di minimarket, pas mau ambil uang eh, mesin ATM-nya rusak. Pas keluar, harus bayar Rp 2.000.” Keluhan ini menunjukkan frustrasi terhadap situasi yang dihadapi saat berbelanja.
Sebagai alternatif, beberapa pelanggan memilih untuk memarkir jauh dari minimarket.
“Saya kalau ke minimarket, motor saya parkir jauh, baru saya jalan ke sana,” jelas seorang pengguna. Ini mencerminkan upaya untuk menghindari masalah parkir tanpa harus terlibat dengan tukang parkir yang beroperasi di area tersebut.
Bahkan, ada yang mengungkapkan pendapat skeptis tentang keberadaan tukang parkir. “Saya tidak pernah bayar, cuek aja langsung pergi. Ngapain saya ngasih ke orang yang cuma duduk-duduk saja?” ucap netizen lain.
Pandangan ini menandakan bahwa sebagian masyarakat merasa bahwa keberadaan tukang parkir tidak memberikan nilai tambah.
Kejadian ini menunjukkan dinamika sosial yang kompleks di seputar parkir minimarket.
Dari sudut pandang positif, langkah tegas minimarket ini patut dicontoh oleh tempat lain.
Baca Juga:
Putusan Bebas Dibatalkan, Ronald Tannur Resmi Ditahan Lagi oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Timur
Dengan demikian, inisiatif minimarket di Surabaya ini tidak hanya menjadi solusi praktis dalam menghadapi masalah parkir liar, tetapi juga menciptakan ruang bagi diskusi yang lebih luas tentang keberadaan tukang parkir di area publik.
Seiring berjalannya waktu, kita mungkin akan melihat lebih banyak inovasi serupa di kota-kota lain untuk menciptakan lingkungan yang lebih tertib dan nyaman bagi semua pihak. (*/Shofia)