Sejumlah Warga Palestina Dilaporkan Diculik oleh Pasukan Penjajah Israel di Tepi Barat

2 months ago 12
ARTICLE AD BOX

Internasional, gemasulawesi – Pasukan pendudukan penjajah Israel menculik sejumlah warga Palestina pada hari Selasa, tanggal 29 Oktober 2024, waktu Palestina, selama serangan fajar dan pagi di Tepi Barat.

Hal tersebut disampaikan oleh Pusat Informasi Palestina.

Menurut sumber-sumber lokal, pasukan pendudukan penjajah Israel mengambil 3 pemuda dari Qalqilya dan 3 lainnya dari kamp pengungsi Al-Deheisha dan Al-Khader di dekat Betlehem.

Baca Juga:
109 Orang Tewas dan Lebih dari 40 Hilang dalam Serangan Penjajah Israel di Beit Lahia Gaza Utara

3 pemuda lainnya diambil dari rumah mereka di Betlehem.

Sementara itu, di Nablus, 2 pemuda Palestina ditawan selama penggerebekan pasukan penjajaj Israel di kota tersebut dan kamp pengungsi Al-Ein.

Seorang pemuda lainnya ditawan dari rumahnya di Tubas.

Baca Juga:
Hizbullah Umumkan Sheikh Naim Qassem Telah Terpilih sebagai Sekretaris Jenderal yang Baru

Di sisi lain, ratusan penulis terkenal telah berjanji untuk memboikot lembaga budaya penjajah Israel, mengutuk mereka atas peran mereka dalam ‘penindasan luar biasa terhadap warga Palestina’.

Para penandatangannya termasuk tokoh sastra ternama, seperti Percival Everett, Viet Thanh Nguyen, Sally Rooney, Naomi Klein dan Ocean Vuong di samping puluhan tokoh ternama lainnya dalam sastra global.

Digambarkan sebagai pernyataan kecaman paling keras dari dunia sastra terhadap sektor budaya penjajah Israel, surat terbuka itu menyebut perang di Jalur Gaza sebagai genosida.

Baca Juga:
Heboh! Anggur Shine Muscat dari China Diduga Mengandung Zat Berbahaya, Ini Fakta Mengejutkan dari Hasil Lab Terbaru

Para penulis selanjutnya menuduh pejabat penjajah Israel melakukan tindakan yang bertujuan menjadikan negara Palestina ‘mustahil’ setelah ’75 tahun pengungsian, pembersihan etnis, dan apartheid’.

Mereka juga mengkritik lembaga budaya penjajah Israel karena memungkinkan terjadinya ‘pencucian seni’ dan ‘perampasan serta penindasan terhadap jutaan warga Palestina selama beberapa dekade.

“Budaya telah memainkan peran penting dalam menormalisasi ketidakadilan ini,” bunyi surat itu.

Baca Juga:
AS Kerahkan Jet Tempur F-16 ke Timur Tengah di Tengah Meningkatnya Ekspektasi Akan Serangan Penjajah Israel terhadap Iran

Para penulis menarik persamaan dengan boikot lembaga-lembaga Afrika Selatan sebelumnya selama apartheid, dengan menyerukan tanggung jawab moral yang dimiliki para penulis dan seniman dalam menentang penindasan sistemik.

Surat itu juga menyerukan kepada anggota komunitas sastra lainnya, termasuk editor, penulis, dan penerbit untuk bergabung dalam komitmen mereka untuk menghindari bekerja sama dengan lembaga-lembaga penjajah Israel yang mereka nyatakan terlibat atau diam dalam pelanggaran hak asasi manusia yang dihadapi warga Palestina. (*/Mey)

Read Entire Article