Pemukim Penjajah Israel Serbu Sejumlah Desa Palestina di Tepi Barat dan Membakar Properti

2 days ago 2
ARTICLE AD BOX

Internasional, gemasulawesi – Organisasi penjajah Israel yang memantau kekerasan pemukim di Tepi Barat, Yesh Din, mengatakan puluhan serangan dilaporkan pada tanggal 19 Januari 2025 waktu setempat ketika pemukim penjajah Israel menyerbu desa-desa Palestina dan membakar properti.

Dalam keterangannya di X, Yesh Dish menyatakan gencatan senjata tidak di Tepi Barat malam ini, merujuk pada kesepakatan Gaza.

“Serangan terjadi di Desa Ein Siniya, tempat rumah-rumah Palestina dibakar, juga di Turmus Aya dan di sepanjang Rute 60 dekat al-Lubban Asharqiya,” kata mereka.

Secara terpisah, media dan kantor berita Palestina Wafa melaporkan bahwa seorang anak Palestina di bawah umur dari kota Sebastia, utara Nablus, meninggal karena luka-lukanya setelah ditembak oleh pemukim.

Baca Juga:
Kementerian Keuangan Penjajah Israel Umumkan Pendudukan Menderita Kerugian Besar Akibat Perang Gaza

Wafa, mengutip Bulan Sabit Merah Palestina, menyampaikan anak laki-laki tersebut ditembak di bagian dada selama penggerebekan tersebut.

Dia dilarikan ke rumah sakit terdekat di mana dia kemudian dinyatakan meninggal oleh Kementerian Kesehatan Palestina.

Di sisi lain, penasihat strategi global dan spesialis risiko geopolitik, menyampaikan  kepada media bahwa gencatan senjata sangat rapuh di kawasan yang sangat raph dan di dunia yang lebih luas yang sangat rapuh dan terfragmentasi.

Dia menyatakan banyak pihak yang secara diplomatis menyatakan optimisme yang hati-hati tetapi banyak pihak di balik layar tetap sangat pesimis.

Baca Juga:
Pasukan Polisi Akan Dikerahkan di Semua Provinsi Gaza Segera setelah Gencatan Senjata Berlaku

“Penting untuk fokus pada realisme dan itu membutuhkan analisis prioritas Presiden terpilih AS Donald Trump,” katanya.

Dia melanjutkan pertanyaan utamanya adalah apakah Trump akan menyatakan ini sebagai kemenangan diplomatik yang dapat diklaimnya, mengamankan pembebasan warga negara AS dan melanjutkan hidup atau akankah dia tetap terlibat dalam masalah penjajah Israel-Palestina.

“Dengan perang di Ukraina dan hubungan yang tegang dengan Tiongkok, Trump harus mempertimbangkan apakah dia ingin memperluas Perjanjian Abraham yang akan mengharuskannya untuk menginvestasikan sejumlah besar modal diplomatik,” ujarnya. (*/Mey)

Read Entire Article