ARTICLE AD BOX
Internasional, gemasulawesi – Pihak berwenang penjajah Israel memanggil seorang anak Palestina dari kota Issawiya, timur laut Yerusalem, untuk diinterogasi pada tanggal 20 Februari 2025 waktu setempat.
Dalam sebuah pernyataan, Kegubernuran Yerusalem mengatakan otoritas pendudukan penjajah Israel memanggil anak tersebut, Muhammad Daas, untuk diinterogasi setelah membebaskaannya beberapa hari yang lalu dengan syarat tahanan rumah selama 2 minggu.
“Pasukan penjajah Israel, disertai dengan pasukan khusus, menyerbu lingkungan Ain al-Lawza di kota Silwan, tanpa ada penahanan yang dilaporkan,” ujar sumber setempat.
Di sisi lain, 2 organisasi hak asasi manusia mengatakan pihak berwenang penjajah Israel telah mengidentifikasi lokasi penahanan 64 warga Palestina yang ditangkap dari Jalur Gaza setelah berbulan-bulan penghilangan paksa.
Baca Juga:
Penjajah Israel Memutuskan untuk Menghancurkan Rumah Keluarga 2 Tahanan di Rafat dan Hebron
Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan dan Masyarakat Tahanan Palestina menerbitkan daftar 64 tahanan dari Jalur Gaza.
Mereka juga menyampaikan dalam pernyataan bersama bahwa mereka telah menerima tanggapan dari otoritas penjara penjajah Israel mengenai lokasi mereka.
“Tanggapan ini merinci tempat-tempat di mana mereka ditahan di penjara dan kamp militer penjajah Israel,” ucap mereka.
Tetapi mereka juga mencatat bahwa mereka belum menerima informasi apa pun mengenai tahanan tambahan.
Baca Juga:
Seorang Wanita Palestina Ditembak oleh Pasukan Penjajah Israel di Pintu Masuk Kamp Jenin
Ke-64 tahanan itu ditahan di penjara Negev dan Nafha, fasilitas penahanan Sde Taiman dan Saharonim di penjajah Israel selatan, Penjara Nitzan di penjajah Israel tengah, Penjara Ofer di Tepi Barat tengah, dan Penjara Naftali dan Megiddo di penjajah Israel utara.
Pernyataan itu memperkirakan bahwa ribuan warga Palestina telah ditahan di Jalur Gaza sejak dimulainya genosida penjajah Israel dan menekankan bahwa otoritas penjajah Israel terus melakukan penyiksaan sistematis terhadap tahanan Jalur Gaza pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mengakibatkan kematian puluhan orang.
Di sisi lain, 11 keluarga dari Jalur Gaza telah mengajukan gugatan terhadap pemerintah Kanada dengan tuduhan penundaan dalam pemberian visa sementara yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan dari perang penjajah Israel-Hamas. (*/Mey)