ARTICLE AD BOX
Internasional, gemasulawesi – Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, menggambarkan situasi di Jalur Gaza sebagai jatuh bebas menuju barbarisme.
Pada hari Senin, tanggal 7 Oktober 2024, waktu Palestina, Philippe Lazzarini menggarisbawahi perlunya diplomasi dan juga diakhirinya kekerasan.
Pada media sosial X, Philippe Lazzarini menyatakan Jalur Gaza, yang merupakan rumah untuk 2 juta orang, telah berubah menjadi lautan puing yang tidak dapat dikenali lagi setelah 12 bulan serangan udara dan peperangan yang tiada henti.
Dia mengungkapkan lebih dari 220 anggota tim UNRWA telah terbunuh selama konflik itu, yang menjadi jumlah korban tewas tertinggi dalam sejarah PBB, menyoroti kondisi mengerikan yang dialami oleh warga sipil dan juga pekerja kemanusiaan.
Dampaknya pada anak-anak sangat parah. Lebih dari 650.000 anak-anak kehilangan 1 tahun lagi pendidikan, terpaksa menghadapi trauma, kelaparan, dan kehilangan orang yang dicintai.
Sekolah dan infrastruktur penting telah hancur, dengan lebih dari 2 pertiga bangunan UNRWA terkena dampak kekerasan, mengakibatkan banyak keluarga yang berlindung tanpa perlindungan.
“Alih-alih berada di ruang kelas, mereka memilah-milah puing-puing dengan putus asa dan takut,” ujarnya.
Dia menambahkan setiap anak di Gaza mengalami trauma, banyak di antaranya yang mempunyai bekas luka yang tidak terlihat seumur hidup.
Dia juga menyerukan gencatan senjata, menekankan tidak ada pemenang dalam perang dan bahwa satu-satunya cara untuk menghentikan penderitaan yang terus berlanjut adalah lewat solusi diplomatik dan damai.
Baca Juga:
Perlawanan Irak Dilaporkan Meluncurkan Gelombang Baru Serangan terhadap Target Penjajah Israel
Philippe Lazzarini menyerukan kesepakatan yang akan menjamin pembebasan sandera yang aman, pengiriman bantuan kemanusiaan penting ke Jalur Gaza dan gencatan senjata untuk memberikan kelegaan untuk rakyat Gaza, penjajah Israel, Lebanon, dan wilayah yang lebih luas.
“Telah saatnya meletakkan senjata setelah puluhan tahun pembunuhan dan penderitaan luar biasa,” ucapnya seraya menambahkan bahwa kehancuran dan korban jiwa semakin tidak tertahankan setiap harinya. (*/Mey)