ARTICLE AD BOX
Nasional, gemasulawesi - Pegiat media sosial, Denny Siregar memberikan pandangannya terkait Partai Gerindra dan PDIP yang saling tuding mengenai pencetus kebijakan kenaikan tarif PPN 12 persen.
Kebijakan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen yang direncanakan pemerintah untuk diterapkan pada awal 2025 terus menuai kontroversi.
Salah satu polemik utama yang mencuat adalah saling tuding antara Partai Gerindra dan PDI Perjuangan (PDIP) mengenai siapa yang menjadi pencetus kebijakan tersebut.
Polemik ini bermula dari pernyataan Anggota Komisi XI Fraksi Gerindra, Wihadi Wiyanto, yang menyebut bahwa wacana kenaikan PPN merupakan inisiatif PDIP.
Namun, Ketua DPP PDIP, Deddy Sitorus, membantah keras tudingan tersebut.
Menanggapi perseteruan antara kedua partai besar tersebut, pegiat media sosial Denny Siregar menyampaikan pandangannya melalui cuitan di akun X atau Twitter resminya pada 23 Desember 2024.
Denny menggambarkan polemik ini seperti sebuah kecelakaan di jalan raya. "Ada tabrakan. Yang nabrak sama saksi yg liat, saling tuding siapa yang melanggar duluan," tulis Denny dalam cuitannya.
Ia mengkritik keras kedua belah pihak karena menurutnya, dalam drama politik semacam ini, rakyatlah yang menjadi korban yang terlupakan.
"Korbannya dilupakan, tergeletak sekarat di pinggir jalan. Begitulah nasib rakyat dalam drama PPN 12 persen. Tetap sebagai korban yang terlupakan," tambahnya.
Pandangan tersebut menyoroti bagaimana diskusi politik kerap kali hanya berfokus pada pertikaian elit tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi masyarakat luas.
Pernyataan Denny ini langsung memicu berbagai tanggapan dari warganet yang sebagian besar mengungkapkan rasa prihatin atas nasib rakyat kecil yang terdampak kebijakan tersebut.
Salah satu akun, @dyg***, menyebutkan, "Kasian sekali ya masyarakat bawah Indonesia, yg miskin makin miskin, yg melarat makin melarat, tinggal nunggu mati nya aja."
Tanggapan lain datang dari akun @maz*** yang menyatakan, "Analoginya cocok bngt. Rakyat tetep aja jadi korban eksekutif dan legislatif. Negara2 macam Finland, Swedia, kok ga kayak negara kita ya."
Akun @yos*** juga menambahkan, "Ya betul bgtu lah nasib rakyat saat ini..ttp yg terlupakan."
Polemik ini memperlihatkan bagaimana perdebatan antara partai politik sering kali mengabaikan aspek-aspek penting yang menyangkut kehidupan rakyat.
Di tengah berbagai pernyataan dan tudingan yang dilemparkan oleh para elit, kritik dari Denny Siregar dan sejumlah warganet mencerminkan suara masyarakat yang mengharapkan kebijakan lebih berpihak kepada mereka yang paling terdampak. (*/Risco)