Geger! Aksi Dokter Koas Aniaya Penjual Roti di Medan Viral, Diduga Gegara Topping Tidak Sesuai Pesanan, Polisi Turun Tangan

4 weeks ago 7
ARTICLE AD BOX

Medan, gemasulawesi - Sebuah insiden kekerasan terjadi di Kota Medan, Sumatera Utara, yang melibatkan seorang dokter koas dan penjual roti. 

Video yang beredar di media sosial memperlihatkan dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh seorang wanita yang diketahui berinisial F, seorang dokter koas di Rumah Sakit Pirngadi Medan, terhadap seorang penjual roti. 

Insiden ini diduga terjadi akibat ketidakpuasan terhadap topping atau hiasan roti yang tidak sesuai dengan harapan pelaku.

Dari rekaman video CCTV yang didapatkan, insiden penganiayaan ini terjadi kawasan Jalan Printis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan. 

Baca Juga:
Kebocoran Cairan Kimia di Bandung Barat Sebabkan 104 Orang Luka-luka dan 200 Kendaraan Rusak, Begini Kata Kapolres Cimahi

Dalam video tersebut, tampak seorang wanita yang mengenakan pakaian putih, yang kemudian diketahui berinisial F, mendekati korban yang sedang berjualan roti. 

Wanita tersebut terlihat melemparkan sesuatu ke arah penjual roti tersebut, lalu pergi sejenak. Tak lama setelah itu, ia kembali dengan emosi yang meningkat.

Wanita yang diduga seorang dokter muda ini langsung menghampiri korban dan tanpa peringatan, menjambak rambut korban dan memukulnya. 

Pertikaian semakin memanas, di mana wanita tersebut bahkan terlihat menendang korban sebelum pergi meninggalkan lokasi kejadian. Rekaman video ini kemudian menjadi bukti penting yang dilaporkan ke kepolisian.

Baca Juga:
Viral! Pria di Cianjur Tendang Anak Kucing hingga Tewas, Komunitas Pecinta Hewan Turun Tangan, Tuntut Pelaku Segera Dihukum

Korban penganiayaan tersebut diketahui bernama Fitra Samosir (26), seorang penjual roti yang tinggal di Kelurahan Printis, Kecamatan Medan Timur. 

Akibat insiden tersebut, Fitra mengalami luka-luka, termasuk memar di bagian pelipis mata serta cakaran di tangannya.

Setelah kejadian, korban langsung melaporkan insiden ini ke Mapolrestabes Medan. 

Pihak kepolisian telah memberikan arahan untuk korban melakukan visum sebagai bagian dari proses penyelidikan lebih lanjut.

Baca Juga:
Semakin Ketat! Perjalanan Dinas bagi Para Pejabat Kini Tak Semudah Dulu, Begini Aturan Terbaru yang Wajib Dipatuhi

Kapolrestabes Medan, Komisaris Besar Polisi Gidion Arif Setyawan, menyatakan bahwa pihaknya telah menerima laporan dari korban dan sedang menunggu hasil visum untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya. 

"Kami sudah menerima laporan dari korban dan telah mengarahkan korban untuk melakukan visum guna proses penyelidikan lebih lanjut," ujar Gidion pada Kamis, 26 Desember 2024.

Saat ini, penyelidikan kasus ini masih berlangsung. Pihak kepolisian telah memeriksa saksi-saksi yang ada di lokasi kejadian untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. 

Komunikasi dengan korban juga terus dilakukan, dan jika kondisinya membaik, korban akan segera dimintai keterangan lebih lanjut untuk memperjelas kasus ini.

Baca Juga:
Tragis! Tiga Wisatawan Terseret Ombak Saat Bermain Air di Pantai Parangtritis, Begini Kronologi Awalnya

Insiden dugaan penganiayaan yang melibatkan seorang dokter muda dan penjual roti di Medan ini viral di media sosial dan langsung menuai berbagai komentar dari warganet. 

Banyak yang merasa terkejut dan mengkritik tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang tenaga medis, yang seharusnya memberikan contoh yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain. 

Sebagian besar komentar menyayangkan reaksi emosional pelaku yang tidak sesuai dengan profesinya.

Beberapa warganet menyoroti bahwa ketidakpuasan terhadap suatu pelayanan seharusnya diselesaikan dengan cara yang lebih rasional dan tidak melibatkan kekerasan. 

Baca Juga:
Tetapkan Hasto Kristiyanto Sebagai Tersangka, Adi Prayitno Sebut KPK Bisa Saja Dilaporkan ke Dewan Pengawas

"Gak masuk akal, topping roti bisa jadi alasan untuk memukul orang. Apa gak bisa ngomong baik-baik?" tulis salah seorang warganet.

Kasus ini menjadi bahan perbincangan yang cukup hangat di media sosial, yang menunjukkan bahwa masyarakat semakin sensitif terhadap tindak kekerasan, meskipun dalam konteks yang dianggap sepele sekalipun. (*/Shofia)

Read Entire Article