ARTICLE AD BOX
Internasional, gemasulawesi – Penjajah Israel dan Amerika Serikat dilaporkan sedang mempertimbangkan rencana bersama untuk mengerahkan firma keamanan swasta Amerika-penjajah Israel untuk mengelola Jalur Gaza dengan melakukan pemeriksaan biometrik terhadap warga Palestina dengan ancaman menahan bantuan kemanusiaan.
Menurut laporan media, Amerika Serikat dan penjajah Israel berencana untuk menjalankan program percontohan, dimulai dengan Desa Al-Atatra di Jalur Gaza barat laut, yang melibatkan 1.000 tentara bayaran swasta yang akan menciptakan ‘komunitas berpagar’ di dalam Jalur Gaza, di mana mereka akan mengendalikan penduduk dan pergerakan mereka melalui penggunaan biometrik.
Rencana itu kabarnya akan melibatkan pasukan penjajah Israel yang akan mengusir para pejuang Palestina dan anggota Hamas dari area tersebut.
Baca Juga:
UNRWA Sebut Penjajah Israel Terus Melarang Masuknya Bantuan Kemanusiaan ke Jalur Gaza
Lalu para tentara bayaran akan mendirikan tembok pemisah di sekitar lingkungan itu 48 jam kemudian yang memaksa hanya penduduk setempat untuk masuk dan keluar lewat penggunaan identifikasi biometrik.
Kepatuhan terhadap sistem paksaan juga akan sepenuhnya menentukan penyediaan bantuan kemanusiaan, dengan siapa saja yang menolak menerima metode biometrik dikabarkan akan diputus dari penerimaan bantuan penting.
Rencana itu kabarnya akan mengalokasikan dana sebesar 90 juta USD untuk penduduk daerah itu untuk membangun kembali rumah mereka dengan seorang syekh lokal ditunjuk pada posisi kepala dewan di zona tertentu.
Baca Juga:
Pejuang Hizbullah Melawan Pasukan Darat Penjajah Israel di 3 Titik Perbatasan di Lebanon Selatan
Perusahaan keamanan swasta yang menjadi garda paling depan dalam rencana yang dilaporkan adalah GDC atau Global Development Company yang menjuluki dirinya sebagai ‘Uber untuk zona perang’.
Dimiliki oleh pengusaha penjajah Israel-Amerika Serikat, Mordechai Kahana, operator perusahaan itu mencakup mantan perwira tinggi militer penjajah Israel dan mantan anggota militer dan intelijen Amerika Serikat.
“Kami telah mengembangkan strategi untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan secara aman kepada warga sipil di Jalur Gaza,” kata GDC dalam siaran pers pada hari Senin, tanggal 22 Agustus 2024. (*/Mey)