BMKG Menyatakan Sebagian Daerah di Sulawesi Tengah Masuk Musim Hujan pada Bulan November Mendatang

2 months ago 18
ARTICLE AD BOX

Palu, gemasulawesi – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG menyampaikan hidrometeorologi perlu diwaspadai ketika peralihan musim dari kemarau ke penghujan karena dapat menimbulkan dampak, baik banjir maupun tanah longsor.

Dalam keterangannya di Palu, Kepala BMKG Kelas Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Aljufri, Nur Alim, mengatakan saat ini terjadi peralihan musim, sebagian besar daerah di Sulawesi Tengah masuk musim hujan pada bulan November mendatang.

Nur Alim menerangkan peralihan musim kemarau menuju musim penghujan terjadi cuaca ekstrim di sejumlah wilayah.

Baca Juga:
Pemkot Palu Sebut Ponpes Berperan Cetak SDM Unggul untuk Masa Depan Daerah yang Lebih Maju

“Oleh karena itu, masyarakat perlu diwaspadai khususnya warga yang bermukim di sekitar bantaran sungai dan juga lereng gunung dengan meningkatkan mitigasi bencana,” katanya.

Prakiraan BMKG wilayah-wilayah bantaran sungai dan juga sekitar lereng terdampak banjir bandang maupun tanah longsor.

Menurut catatan BMKG, daerah dominan terlambat memasuki musim kemarau berada di Morowali, kabupaten baru itu akan mengalami kemarau pada bulan November nanti.

Baca Juga:
Universitas Tadulako Palu Menjadikan Munas FPPTPI 2024 Sebagai Penunjang Kebijakan Pangan untuk IKN

Dia menyampaikan kondisi ini dipengaruhi oleh topografi.

Dia menerangkan karakter iklim Provinsi Sulawesi Tengah unik dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia.

“Hal itu dikarenakan provinsi ini masuk dalam kategori daerah non zom atau daerah di mana pola hujannya tidak mempunyai perbedaan yang jelas antara musim hujan dan musim kemarau,” jelasnya.

Baca Juga:
Polisi Tangkap Pencuri Kos-Kosan di Kupang yang Bawa Puluhan Identitas Mahasiswa dan Uang Tunai, Ini Tampangnya

Itu sebabnya hujan lokal lebih dominan terjadi meski secara umum berada di musim kemarau, oleh karena itu BMKG mengistilahkan kemarau basah.

Dia mengatakan Sulawesi Tengah tidak mempunyai dampak langsung terhadap kemarau sehingga aktivitas masyarakat tidak terganggu.

“Salah satu contoh sektor pertanian tidak melakukan kegiatan bertani,” ucapnya.

Baca Juga:
Terungkap! Pria Penghadang Bus TransJakarta Bawa Golok Diduga Alami Depresi Berat, Polisi Amankan Pelaku

Menurut catatan BMKG, bencana hidrometeorologi sangat memberikan dampak pada kehidupan masyarakat, olehnya wilayah-wilayah yang berpotensi menimbulkan dampak, yaitu daerah rawan bencana, salah satunya Sigi diprediksi dominan mengalami hidrometeorologi.

Alim menuturkan Sigi masih dominan memiliki potensi terkena dampak bencana hidrometeorologi, terutama banjir.

“Disusul Parigi Moutong, Donggala, sebagian wilayah Banggai dan Poso. Untuk mengantisipasi ancaman bencana diperlukan kolaborasi lintas sektor melakukan penanganan DAS atau Daerah Aliran Sungai,” pungkasnya. (*/Mey)

Read Entire Article