Bayi Palestina Kedua Dilaporkan Meninggal Akibat Kedinginan di Jalur Gaza

4 weeks ago 6
ARTICLE AD BOX

Internasional, gemasulawesi – Bayi Palestina kedua dinyatakan meninggal di Jalur Gaza pada hari Rabu, tanggal 25 Desember 2024, waktu setempat, akibat kedinginan setelah menderita di kamp pengungsian sementara di tengah pemboman penjajah Israel.

Bayi tersebut, yang baru berusia 2 minggu, diidentifikasi sebagai Sila Mahmoud al-Fasih, dan meninggal di daerah al-Mawasi yang terletak di sebelah barat Khan Younis di selatan Jalur Gaza.

Beberapa hari sebelumnya, pada hari Jumat pekan lalu, bayi lain yang bernama Aisha Adnan Sufyan al-Qassas juga meninggal karena kedinginan di kamp yang sama.

Kematian Al-Fasih telah memicu seruan luas agar penjajah Israel bertanggung jawab atas terciptanya kondisi buruk di Jalur Gaza lewat perintah evakuasi paksa, penghalangan bantuan, dan juga pemboman brutal yang terus berlangsung.

Baca Juga:
Pasukan Penjajah Israel Hancurkan 2 Rumah dan Sebuah Toko Komersial di Yerusalem

Dalam sebuah video yang kemudian dibagikan secara luas di dunia maya, ayah al—Fasih menceritakan ketika dia bangun pada hari Rabu dan melihat putrinya membiru dan berdarah dari mulut serta hidungnya.

“Saya membawanya ke klinik yang berafiliasi dengan UNRWA dan berbicara dengan dokter yang memberitahu saya bahwa jantung bayi berhenti karena kedinginan,” katanya.

Sebagian besar penduduk Jalur Gaza telah mengungsi sejak penjajah Israel melancarkan perang di Jalur Gaza di tanggal 7 Oktober 2023.

Banyak keluarga yang terpaksa membuat tempat perlindungan darurat dalam kondisi kumuh yang memungkinkan terjadinya penyebaran penyakit.

Baca Juga:
UNRWA Sebut 1 Anak Palestina Terbunuh Setiap Jam di Gaza Akibat Agresi Penjajah Israel

Ramy Abdu, yang merupakan kepala pemantau hak asasi manusia Euro-Med, mengonfirmasi kematian al-Fasih di media sosial X sambil membagikan video ayahnya.

Menurut media, orang-orang yang mengungsi di daerah al-Mawasi dekat Laut Mediterania rentan terhadap badai dan juga angin, yang mana tenda-tenda mereka sering kali tersapu oleh ombak.

Banyak warga Palestina yang mengungsi menyampaikan kondisi yang keras dan cuaca dingin menyebabkan mereka mengalami nyeri tulang, sementara yang lain menyatakan mereka mengalami mimisan.

Banyak tenda yang terbuat dari potongan kain dan lembaran nilon dan banyak yang tidak mempunyai akses terhadap pakaian, selimut atau perlengkapan tidur. (*/Mey)

Read Entire Article