ARTICLE AD BOX
Gowa, gemasulawesi - Skandal pabrik uang palsu di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Gowa, Sulawesi Selatan, mencuat dan menjadi sorotan publik.
Pabrik ini beroperasi di gedung perpustakaan kampus yang terletak di Samata, Kelurahan Romang Polong, Kecamatan Somba Opu.
Fakta bahwa kampus dijadikan tempat produksi uang palsu memicu keprihatinan luas, terutama dari kalangan civitas akademika.
Kasus ini pertama kali terungkap setelah Kepala Perpustakaan UIN Alauddin, Dr. Andi Ibrahim, dan seorang staf kampus terlibat langsung dalam aktivitas ilegal tersebut.
Polisi kemudian mengungkap bahwa sindikat ini tak hanya mencetak uang palsu dalam jumlah kecil, tetapi juga membeli mesin cetak besar seharga Rp600 juta untuk memperluas operasinya.
Salah satu dari tiga tersangka yang masih masuk daftar pencarian orang (DPO) adalah ASS, seorang politisi yang sempat berniat maju dalam Pilkada 2024.
Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Pol Yudhiawan Wibisono, menjelaskan bahwa ASS sebelumnya pernah mencalonkan diri sebagai Wali Kota Makassar pada 2013, tetapi tidak berhasil.
ASS juga diketahui mengajukan proposal kerja sama untuk mendanai Pilbup Barru 2024, meski ditolak oleh calon kepala daerah di sana.
"Pabrik uang palsu ini awalnya beroperasi di rumah ASS di Jalan Sunu, Kota Makassar, dengan skala kecil. Namun, setelah mendapatkan mesin cetak lebih besar, produksinya meningkat pesat," ujar Irjen Pol Yudhiawan pada Jumat, 20 Desember 2024.
ASS diduga menjadi penyandang dana utama dalam pengadaan mesin cetak dan bahan baku untuk produksi uang palsu yang kemudian dipindahkan ke kampus UIN Alauddin.
Rektor UIN Alauddin, Hamdan Juhannis, mengaku sangat malu atas kejadian ini. Ia menyebut insiden tersebut sebagai pukulan telak bagi reputasi kampus yang selama ini dibangun dengan susah payah.
"Saya merasa tertampar. Segala upaya untuk membangun nama baik kampus seakan runtuh dalam sekejap akibat perbuatan oknum ini," ujarnya.
Hamdan juga menyatakan dukungan penuh terhadap aparat kepolisian untuk mengungkap kasus ini hingga tuntas.
Sebagai bentuk tindakan tegas, Andi Ibrahim dan staf yang terlibat langsung dalam pencetakan uang palsu telah dipecat dengan tidak hormat.
"Keduanya sudah diberhentikan secara tidak hormat sebagai bentuk komitmen kami untuk menjaga integritas kampus," tegasnya.
Pabrik uang palsu ini diduga memiliki jaringan yang sistematis. Dalam penggerebekan, polisi menemukan sejumlah uang palsu serta bahan baku di lokasi kampus.
Kasus ini tidak hanya merusak citra UIN Alauddin, tetapi juga mencerminkan penyalahgunaan fasilitas pendidikan untuk aktivitas kriminal.
Sementara itu, polisi terus memburu ASS dan dua tersangka lainnya yang masih buron. Irjen Pol Yudhiawan menegaskan bahwa pihaknya akan menindak semua pihak yang terlibat tanpa pandang bulu.
"Kami berkomitmen untuk memberantas jaringan ini dan mengembalikan kepercayaan masyarakat," ujarnya. (*/Shofia)