ARTICLE AD BOX
Surabaya, gemasulawesi - Rafael Axel, seorang pemuda berusia 19 tahun asal Gayungan, Surabaya, terlibat dalam aksi penipuan yang mengejutkan dengan menyamar sebagai polisi.
Dalam aksinya, ia berhasil memperdaya lebih dari sepuluh perempuan, menggasak harta benda mereka, termasuk perhiasan emas.
Keberanian dan kecerdikannya dalam berbohong menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat, terutama di kalangan para korbannya.
Kapolsek Wiyung, Kompol Slamet Agus Sumbono, menjelaskan bahwa Rafael mengaku sebagai anggota kepolisian dari kesatuan intel Polda Jawa Timur.
Ia memanfaatkan media sosial untuk mencari wanita yang dapat dijadikan sasaran.
Setelah menjalin komunikasi, Rafael mengajak para korbannya untuk bertemu dan membangun hubungan asmara, yang membuat mereka lebih mudah percaya kepadanya.
Metode ini terbukti sangat efektif, mengingat banyak perempuan yang merasa nyaman dan percaya pada sosok pria yang menyamar sebagai polisi.
Dalam salah satu kasus terakhir, Rafael berhasil menipu seorang perempuan berinisial RN, seorang warga berusia 22 tahun dari Wiyung, Surabaya.
Baca Juga:
Setelah Prabowo, Ridwan Kamil Juga Temui Jokowi di Solo, Apa Saja yang Terungkap dari Pertemuan Ini?
Setelah sebulan berpacaran, ia merayu RN untuk meminjamkan gelang emas seberat 9 gram dengan janji akan mengembalikannya dalam waktu seminggu.
Namun, saat waktu yang dijanjikan tiba, Rafael justru menghindar dan meminta tambahan waktu.
“Pelaku meminta waktu seminggu lagi untuk mengembalikan gelang tersebut. Selain itu, ia juga meminjam uang sebesar Rp 125 ribu dari korban,” ungkap Agus, dikutip pada Sabtu, 2 November 2024.
Setelah seminggu berlalu, RN semakin khawatir dan mulai merasakan ada yang tidak beres.
Ia menagih kembali perhiasan yang dipinjamkan, tetapi Rafael berkelit dan memberi berbagai alasan untuk menghindari tanggung jawab.
Merasa ditipu, RN akhirnya melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib, yang membawa Rafael ke Polsek Wiyung.
Lalu zaat diperiksa, ia tidak dapat mengembalikan perhiasan yang sudah diambilnya itu, sehingga identitasnya sebagai polisi gadungan pun terungkap.
Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa Rafael telah menipu lebih dari sepuluh perempuan, meski baru dua di antaranya yang melaporkan tindakan penipuan tersebut.
Kapolsek Agus mengimbau masyarakat agar segera melaporkan jika mengalami penipuan serupa.
“Kami mendukung semua korban untuk melapor. Semakin cepat, semakin baik,” jelasnya.
Kasus ini menunjukkan bagaimana penipuan berbasis kepercayaan dapat berakibat fatal.
Banyak perempuan yang merasa terjebak dalam hubungan yang tampaknya baik-baik saja, tetapi pada kenyataannya, mereka menjadi korban dari tipu daya.
Pihak kepolisian pun mengingatkan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam menjalin hubungan dengan orang baru, terutama melalui media sosial.
Penipuan semacam ini bisa terjadi pada siapa saja, dan kepercayaan yang terlalu cepat dapat berujung pada kerugian yang tidak sedikit. (*/Shofia)