ARTICLE AD BOX
Ponorogo, gemasulawesi - Puluhan hewan ternak kambing di Dusun Pohijo, Desa Pomahan, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, mati mendadak selama sebulan terakhir.
Hingga awal Januari 2025, tercatat 80 kambing mati tanpa gejala yang jelas. Fenomena ini membuat peternak mengalami kerugian besar hingga mencapai Rp 200 juta.
Kasus kematian misterius ini pertama kali dilaporkan pada awal Desember 2024, ketika beberapa peternak mendapati kambing mereka mati tiba-tiba.
Pandi, salah satu warga setempat, kehilangan tujuh kambing dalam waktu singkat. Ia mengungkapkan, kambing-kambingnya sebelumnya sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda sakit.
"Saya kaget karena semuanya mati begitu saja. Awalnya saya kira ada yang salah dengan makanan, tetapi ternyata kambing tetangga juga mengalami hal yang sama," ujar Pandi, dikutip pada Sabtu, 4 Januari 2025.
Sri Asih, peternak lainnya, juga menjadi korban fenomena ini. Seluruh kambingnya mati mendadak hanya dalam beberapa hari.
Menurutnya, kejadian ini sangat meresahkan karena kambing-kambing yang mati tidak menunjukkan gejala penyakit sebelumnya.
"Sepertinya bukan karena makanan, karena saya selalu menjaga kualitas pakan mereka. Mungkin memang ada penyakit atau pengaruh cuaca," ungkap Sri Asih.
Kasus serupa juga dialami Herninatun yang kehilangan 16 kambingnya hanya dalam satu malam. Bahkan, kambing yang hendak ia jual di pasar mati saat perjalanan.
"Tidak ada tanda-tanda sakit sebelumnya, semuanya terlihat sehat. Tapi begitu sampai di pasar, semuanya mati," tuturnya.
Kabid Peternakan dan Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo, Siti Barokah, memastikan bahwa kematian kambing ini bukan disebabkan oleh Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Menurutnya, cuaca ekstrem yang melanda wilayah tersebut menjadi penyebab utama.
"Cuaca ekstrem membuat dedaunan dan rumput menjadi terlalu basah dan kaya air. Hal ini memicu timpahan pada rumen kambing, yaitu pembentukan gas berlebih yang akhirnya menekan organ vital seperti jantung dan paru-paru," jelas Siti Barokah.
Siti menambahkan, gas yang terbentuk di dalam tubuh kambing tidak dapat dikeluarkan dengan cepat, sehingga menyebabkan kematian mendadak.
"Kami sudah memberikan sosialisasi kepada peternak untuk menghindari pemberian pakan yang terlalu basah, terutama saat musim hujan," lanjutnya.
Kematian mendadak ini membuat banyak peternak trauma. Warga di Dusun Pohijo kini memilih untuk tidak memelihara kambing lagi.
Baca Juga:
Pasukan Penjajah Israel Membakar Rumah-Rumah di Sekitar RS Al-Awda di Jalur Gaza Utara
Sebagian kandang telah dikosongkan, dan beberapa peternak mempertimbangkan untuk beralih profesi guna menghindari kerugian lebih lanjut.
Dinas Pertanian Ponorogo mengimbau peternak untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap pakan ternak, menjaga kebersihan kandang, serta memonitor kesehatan hewan secara berkala.
Pemerintah daerah juga berencana melakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan tidak ada faktor lain yang memengaruhi fenomena ini.
Selain itu, langkah-langkah pencegahan seperti pemberian pakan kering dan perlakuan khusus terhadap pakan basah sedang disosialisasikan kepada peternak.
"Kami harap ini bisa meminimalisir risiko kematian mendadak pada kambing di masa mendatang," tutup Siti Barokah. (*/Shofia)