Kapal Tongkang yang Kandas di Pandeglang Tak Kunjung Dievakuasi, Tumpahan Batu Bara Ancam Kelestarian Pulau Popole

1 month ago 2
ARTICLE AD BOX

Banten, gemasulawesi - Kapal tongkang TB Titan 27/BG Titan 14 dilaporkan kandas di perairan Selat Sunda, tepatnya di sekitar Pulau Popole, Desa Cigondang, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. 

Diketahui kapal tongkat tersebut mengangkut batu bara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Banten 2 Labuan. 

Insiden tersebut terjadi beberapa hari yang lalu dan sampai saat ini kapal masih terdampar, tanpa ada langkah evakuasi yang jelas dari pihak pemilik kapal. 

Kandasnya kapal tersebut menimbulkan kekhawatiran besar, terutama terkait dengan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh tumpahan batu bara di kawasan tersebut.

Baca Juga:
Viral Skandal Pabrik Uang Palsu di Kampus UIN Alauddin, Oknum ASN dan Politisi Ikut Terlibat, Begini Kata Rektor

Iman Faturohman, petugas penjaga Pulau Popole, mengatakan bahwa kapal tongkang itu terdampar di bagian utara pulau dan telah menyebabkan pencemaran serius akibat tumpahan batu bara. 

"Tumpahan batu bara ini mencemari perairan dan mengancam ekosistem yang ada di sekitar Pulau Popole. Kami sangat khawatir karena kawasan ini selama ini dijaga untuk konservasi," ujarnya, pada Jumat, 20 Desember 2024.

Kawasan Pulau Popole sendiri dikenal dengan upaya pelestarian lingkungan, termasuk penanaman mangrove dan pemeliharaan terumbu karang yang telah dilakukan oleh masyarakat setempat selama bertahun-tahun. 

Pencemaran batu bara tentu menjadi ancaman besar bagi keberlanjutan upaya tersebut.

Baca Juga:
Panik! Mobil Sedan yang Terbakar di Margonda Raya Depok Sebabkan Arus Lalu Lintas Lumpuh Sejam Lebih, Begini Kronologinya

Kejadian ini semakin memprihatinkan karena berimbas pada kehidupan masyarakat setempat, terutama nelayan yang menggantungkan hidupnya dari laut. 

Herman, salah satu nelayan yang tinggal di sekitar Pulau Popole, mengungkapkan kekesalannya atas insiden ini. 

Menurutnya, lokasi kandasnya kapal tongkang berada di area yang biasa mereka gunakan untuk mencari ikan. 

"Kami sudah kehilangan tempat tangkapan utama, dan kami khawatir kerusakan ini akan semakin meluas," ungkap Herman. 

Baca Juga:
Ganjar Pranowo Bingung dengan Pernyataan Presiden Prabowo yang Sebut Bakal Maafkan Koruptor: Kan Ada Proses Hukumnya

Bagi nelayan seperti Herman, kerusakan ekosistem laut akibat pencemaran ini bisa berdampak pada mata pencaharian mereka dalam jangka panjang.

Terkait dengan insiden ini, PT Sinar Wijaya Energi (SWE), selaku pengelola PLTU Banten 2 Labuan, melalui anak perusahaannya PT SIS, berkomitmen untuk segera menanggulangi dampak lingkungan yang terjadi. 

Shandy Helmi, Humas PLTU Banten 2 Labuan, menegaskan bahwa mereka akan segera melaksanakan pembersihan wilayah terdampak, serta melakukan rehabilitasi terhadap terumbu karang yang rusak akibat pencemaran batu bara. 

Selain itu, langkah-langkah positif lainnya akan segera diterapkan untuk memastikan bahwa ekosistem yang telah terjaga selama ini dapat pulih kembali.

Baca Juga:
Soroti Nilai Tukar Rupiah Melemah di Era Pemerintahan Prabowo, Hilmi Firdausi Bandingkan dengan Era BJ Habibie

Namun, para pihak yang terlibat berharap agar pemilik kapal tongkang segera bertanggung jawab dan mengambil langkah evakuasi untuk mencegah kerusakan yang lebih parah. 

Pihak berwenang juga meminta agar pemilik kapal memperhatikan prosedur keselamatan yang lebih ketat agar insiden serupa tidak terjadi di masa mendatang. 

Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan industri seperti ini harus menjadi perhatian serius, mengingat dampaknya yang besar terhadap keseimbangan alam serta kehidupan masyarakat sekitar. (*/Shofia)

Read Entire Article