ARTICLE AD BOX
Bagaimana tidak, produksi beras nasional diproyeksikan mencapai 18,76 juta ton selama Semester I tahun 2025, yang merupakan produksi tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. Stok cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog telah mencapai lebih dari 3,5 juta ton, tertinggi dalam 57 tahun terakhir.
“Stok CBP mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah berdirinya Bulog. Bahkan, tahun ini Bulog sampai harus mendirikan 25 ribu gudang improvisasi untuk menampung hasil panen petani lokal yang terus meningkat. Berdasarkan capaian ini, kami optimis Indonesia tidak perlu impor beras sesuai dengan visi Presiden Prabowo,” ujar Budisatrio dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin (5/5).
Budisatrio menyampaikan, hal ini merupakan bukti nyata keseriusan pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, dalam membangun fondasi kedaulatan pangan sebagai bagian dari kepentingan strategis nasional. Selain itu, keberhasilan ini tidak hanya menjamin ketersediaan stok dan kestabilan harga pangan di tingkat konsumen, tetapi juga berperan penting dalam mengakselerasi peningkatan kesejahteraan petani. “Kami di Fraksi Gerindra melihat capaian ini sebagai refleksi nyata dari visi pemerintah yang menempatkan pangan sebagai sumber daya strategis bangsa yang dapat memberikan dampak multidimensi, mulai dampak terhadap stabilitas perekonomian, hingga peningkatan kesejahteraan petani,” ucap Budisatrio.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra tersebut menilai, bahwa pencapaian ini merupakan sebuah momentum untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu poros lumbung pangan dunia, yang akan secara signifikan meningkatkan daya tawar dan pengaruhnya di tingkat global.
Dengan meningkatnya produksi beras nasional, kata dia, Indonesia tidak hanya akan memastikan kecukupan pangan dalam negeri, tetapi juga memperkuat posisi dan pengaruhnya di kancah global sebagai lumbung pangan dunia. “Komoditas pangan, seperti beras, merupakan salah satu komoditas ekspor strategis yang tidak hanya membawa dampak ekonomi, tetapi juga dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia dalam pentas global, terutama di tengah ancaman krisis pangan yang melanda dunia,” terang Budisatrio.
Selain itu, Budisatrio juga menggarisbawahi bahwa peningkatan hasil panen yang signifikan ini akan membawa dampak stabilisasi bagi perekonomian nasional. Seperti yang diketahui, stok pangan yang cukup di pasaran merupakan kunci untuk menjaga stabilitas harga, yang kemudian akan berdampak pada terkontrolnya angka inflasi nasional. “Dari waktu ke waktu, harga komoditas pangan selalu menjadi salah satu kontributor utama inflasi, sehingga menjaga kestabilan harga pangan melalui jaminan ketersedian stok merupakan kunci untuk menjaga stabilitas dan resiliensi perekonomian dalam negeri, terutama di tengah tantangan dan ketidakpastian ekonomi global yang sedang kita hadapi hari ini,” kata Budisatrio.
Lebih lanjut, Fraksi Gerindra menilai bahwa peningkatan produksi ini juga akan semakin mempercepat peningkatan kesejahteraan petani, dengan mengkombinasikan peningkatan produksi dengan berbagai kebijakan pemerintah di sektor pertanian, seperti jaminan penyerapan harga gabah di Rp 6.500, hingga penyaluran pupuk bersubsidi langsung ke petani yang dapat secara signifikan menurunkan biaya produksi mereka. “Ini bukan sekadar panen besar, melainkan sebuah momentum agar petani-petani kita dapat merasakan kehidupan yang sejahtera, serta memastikan agar visi pemerintah terkait pemerataan ekonomi dapat tercapai, dimulai dari setiap petani-petani kita yang berada di desa-desa seluruh Indonesia,” imbuh Budisatrio. k22