ARTICLE AD BOX
Nasional, gemasulawesi - Kesenian Reog Ponorogo kini mendapatkan tempat istimewa di panggung dunia setelah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) UNESCO.
Pengakuan internasional ini dicapai melalui sidang Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Paraguay baru-baru ini.
Keputusan ini menjadi momen penting yang menunjukkan keunikan budaya Indonesia sekaligus menegaskan pentingnya pelestarian seni tradisional.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyatakan kebanggaannya atas pengakuan ini. Ia menggambarkan Reog Ponorogo sebagai simbol keberanian, solidaritas, dan identitas lokal yang perlu dijaga di tengah tantangan zaman.
“Penetapan ini menjadi pengingat bahwa kita memiliki tanggung jawab besar untuk melestarikan seni tradisional seperti Reog Ponorogo agar tetap relevan dan diwariskan kepada generasi mendatang,” ungkapnya pada Rabu, 4 Desember 2024.
Untuk mencapai pengakuan dari UNESCO, berbagai upaya pelestarian telah dilakukan secara intensif.
Pemerintah dan masyarakat Ponorogo bekerja sama mendokumentasikan setiap elemen seni Reog, mulai dari tarian, musik, hingga pembuatan topeng khasnya.
Promosi budaya ini juga dilakukan melalui festival, pameran seni, hingga pengenalan di media digital.
Selain itu, seni Reog mulai diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan formal dan nonformal, dengan harapan generasi muda dapat lebih mengenal dan mencintai seni tradisional ini.
Komunitas seniman lokal diberdayakan untuk terus mengembangkan kreativitas mereka tanpa menghilangkan unsur tradisional yang menjadi identitas Reog Ponorogo.
Reog Ponorogo bukan hanya seni pertunjukan, tetapi juga simbol gotong royong yang mencerminkan semangat kebersamaan masyarakat Ponorogo.
Proses kreatif Reog melibatkan kolaborasi antara seniman, perajin topeng, penabuh musik, hingga masyarakat lokal yang mendukung penyelenggaraan setiap pertunjukan.
Seni ini juga sarat dengan nilai-nilai filosofis, seperti keberanian dan ketangguhan, yang diwujudkan dalam gerakan tarian dan cerita mitologi yang mengiringinya.
Keunikan ini menjadikan Reog Ponorogo sebagai cerminan identitas budaya Indonesia yang patut dibanggakan.
Fadli Zon menekankan pentingnya menjaga keberlanjutan seni Reog di era modern.
Menurutnya, globalisasi dan modernisasi kerap menjadi tantangan besar bagi kelestarian budaya tradisional. Namun, pengakuan UNESCO ini harus menjadi motivasi untuk terus melestarikan Reog Ponorogo.
“Mari kita jadikan pengakuan ini sebagai pengingat untuk menjaga dan mengembangkan seni budaya tradisional. Reog Ponorogo adalah kebanggaan kita bersama, dan tugas kita memastikan seni ini terus hidup untuk menginspirasi generasi mendatang,” ujar Fadli Zon.
Dengan pengakuan ini, Indonesia telah menunjukkan kepada dunia bahwa warisan budaya Nusantara memiliki nilai universal yang layak dilestarikan.
Reog Ponorogo kini bukan hanya milik masyarakat Ponorogo, tetapi juga bagian dari warisan budaya dunia yang harus terus dijaga. (*/Shofia)