Viral di Media Sosial! Siswa SMA Kesulitan Jawab Soal Matematika Dasar, Wamendikdasmen Angkat Bicara

2 months ago 18
ARTICLE AD BOX

Nasional, gemasulawesi - Sebuah video yang viral di media sosial baru-baru ini memperlihatkan sekelompok siswa SMA kesulitan menjawab soal matematika dasar. 

Salah satunya adalah soal pembagian 12:3, yang dijawab dengan ragu oleh siswa, lalu diralat menjadi angka yang berbeda. 

Video ini langsung mencuri perhatian publik dan memicu perbincangan hangat di kalangan netizen. 

Banyak yang terkejut melihat kenyataan bahwa siswa SMA tidak bisa menjawab soal matematika yang dianggap sangat sederhana.

Baca Juga:
Seorang Wanita di Jakarta Pusat Jadi Korban Penjambretan, iPhone 13 Raib, Polisi Buru Pelaku

Tanggapan dari Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Prof. Atip Latipulhayat, tidak lama kemudian datang. 

Dalam sebuah kesempatan, Atip menjelaskan bahwa fenomena seperti ini sebenarnya bukanlah hal baru. 

Menurutnya, video viral tersebut hanya memperlihatkan bagian kecil dari masalah yang lebih besar dalam dunia pendidikan Indonesia. 

Atip menyebutkan bahwa ini adalah “fenomena gunung es”, yang artinya, masalah ini lebih luas dan tersembunyi di balik permukaan.

Baca Juga:
Skandal Korupsi Pembelian Tanah Pertamina Rasuna Epicentrum Terbongkar, Luhur Budi Djatmiko Resmi Jadi Tersangka

Atip mengungkapkan bahwa ia menemukan hal yang sama saat mengunjungi sejumlah sekolah di Tasikmalaya, Jawa Barat. 

Ketika diminta untuk mengangkat tangan, hampir 50 persen siswa SMP di sana mengaku tidak suka atau bahkan membenci pelajaran matematika. 

Bahkan di SMA negeri favorit, sekitar 20 persen siswa juga memiliki perasaan yang sama terhadap pelajaran tersebut.

Menurut Wamendikdasmen, ada dua penyebab utama mengapa siswa tidak menyukai matematika. Pertama, adalah metode pembelajaran yang tidak menarik dan cenderung monoton. 

Baca Juga:
KPU Gorontalo Utara Adakan Rakor Persiapan Pelaksanaan Pungut dan Hitung dalam Pilkada 2024

Banyak siswa merasa bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan, yang diperburuk dengan guru yang tidak menyenangkan.

Hal ini mengarah pada ketidaktertarikan yang lebih dalam terhadap materi matematika.

Kedua, Atip menjelaskan, adalah kualitas guru matematika yang terhambat oleh beban administratif yang berat. 

“Guru disibukkan dengan beban administratif yang mengurangi waktu untuk fokus pada substansi materi,” kata Atip pada Rabu, 6 November 2024.

Baca Juga:
Pemkab Sigi Ajak Masyarakat Khususnya Pemuda untuk Hindari Radikalisme dan Terorisme

Akibatnya, pengajaran matematika menjadi tidak efektif, dan banyak siswa yang kesulitan memahami materi yang seharusnya diajarkan dengan cara yang lebih menarik.

Menanggapi masalah ini, Atip menegaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto sangat memperhatikan pentingnya penguatan literasi dan pembelajaran sains dan teknologi (saintek) sejak dini. 

Presiden berharap agar metode pembelajaran menggunakan teknologi, seperti animasi, bisa diterapkan agar siswa lebih tertarik dan tidak merasa tertekan dengan pelajaran tersebut.

Untuk mengatasi masalah ini secara komprehensif, Kemendikbud berencana untuk merancang program pelatihan bagi guru. 

Baca Juga:
Perselisihan Lahan di Tangerang Selatan Memanas! Posko Ormas Ini Dibakar Sekelompok Orang, Polisi Turun Tangan

Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan membebaskan guru dari beban administratif yang tidak perlu, sehingga mereka bisa lebih fokus pada pengajaran dan pengembangan kompetensi siswa.

Fenomena ini pun turut memicu banyak komentar di media sosial. 

Beberapa netizen mengungkapkan kekhawatiran mereka akan kualitas pendidikan yang menurun, sementara yang lain mendukung langkah-langkah perbaikan yang diusulkan oleh Wamendikdasmen. 

Semoga dengan langkah-langkah tersebut, siswa Indonesia dapat merasa lebih tertarik dan terbantu dalam memahami matematika dengan cara yang lebih menyenangkan. (*/Shofia)

Read Entire Article