ARTICLE AD BOX
Sekitar dua pekan kemudian, dia bertatapan langsung dengan awak media untuk pertama kalinya. Kesempatan ini terjadi saat dia menghadiri sesi latihan timnas di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (2/6).
“Saya di sini karena kami punya talenta. Saya bisa kembali di Ajax, tetapi mau pulang kembali di sini. Menolong Patrick dan teman-teman di sini, jadi kami ada di sini untuk menolong Indonesia dan juga untuk anak-anak muda,” kata Simon yang menjumpai wartawan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang kurang lancar.
“Bukan politik, saya di sini buat olahraga. Ini tanah Indonesia akan besar,” tambah dia.
Langkah PSSI mendatangkan Simon adalah bagian dari komitmen memperkuat pondasi pengembangan pemain nasional menuju Piala Dunia 2026 dan seterusnya. Pria berusia 69 tahun itu bertanggung jawab mengidentifikasi dan merekrut talenta potensial baik dari dalam negeri maupun diaspora, khususnya di Belanda.
“Kita di Belanda mulai dari di bawah 8 tahun, di sini di bawah 13-15 tahun, sudah terlambat. Terlambat,” kata dia.
Dia akan bekerja sama erat dengan Patrick Kluivert (pelatih timnas Indonesia), Gerald Vanenburg (pelatih timnas U-23), Nova Arianto (pelatih timnas U-17) dan lain-lain untuk memastikan keberlanjutan, kualitas dan perkembangan timnas serta sepak bola Indonesia.
Dia juga akan bekerja sama dengan mantan pemain atau orang-orang yang pernah bekerja untuk Ajax Amsterdam, seperti Jordi Cruyff (penasihat teknis), Sjoerd Woudenberg (pelatih kiper), Gerarld Vanenburg (pelatih timnas U-23), Denny Landzaat (asisten pelatih), dan Patrick Kluivert.
“Saya mau pakai anak-anak orang-orang yang jadi Indonesia. Bukan China, bukan Belanda. Dari itu mulai dengan anak-anak muda. Sekarang dengan mereka di sini, Belanda, China, mereka bisa tolong Indonesia menang China dan Jepang. Itu kan paling penting,” tutup Simon yang menghabiskan 10 tahun menjadi pelatih akademi dan tim junior Ajax. 7 ant