Produksi Jagung dari Lahan Kritis Buleleng Belum Mampu Penuhi Kebutuhan Lokal

6 hours ago 2
ARTICLE AD BOX
Kepala Dinas Pertanian Buleleng Gede Melandrat, Rabu (14/5) kemarin mengatakan, potensi produksi jagung di Buleleng sangat besar. Terlebih di Buleleng ada 1.300 kilometer persegi lahan kritis yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya jagung. Seperti di daerah Kecamatan Gerokgak, Tejakula dan Kubutambahan.

Selain di lahan kering yang menanam jagung komposit dan panen kering, produksi jagung juga banyak ditanam di lahan sawah. Terutama pada musim kemarau untuk mengantisipasi gagal panen padi karena penurunan debit air irigasi. Jagung yang ditanam di sawah ini juga sebagai salah satu strategi memperbaiki unsur hara setelah ditanami padi dua kali tanam dalam setahun.

“Produksi jagung baik petik muda untuk sayur maupun petik tua yang biasanya untuk pakan ternak sejauh ini memenuhi pasar lokal saja masih belum mampu. Karena permintaan cukup tinggi, terutama untuk pakan ternak,” ucap Melandrat.

Jagung sebagai tanaman sumber karbohidrat memang dianjurkan pemerintah pusat ditanam di daerah sebagai varietas penyangga pangan pengganti beras. Namun keberadaan jagung di Buleleng sebagai sumber karbohidrat pengganti beras hanya berlaku untuk masyarakat di beberapa desa, itu pun dicampur dengan beras.

Data Dinas Pertanian Buleleng 2025, luas tanam jagung ada di 239,77 hektare dengan produksi mencapai 28.395 ton. Produktivitas jagung ada di angka 54,60 kuintal per hektare. Saat ini varietas jagung yang dikembangkan di Buleleng pun cukup beragam, tidak hanya padi hibrida, komposit, tetapi juga jenis arumba, jagung manis dan beberapa jenis lainnya.7 k23
Read Entire Article