ARTICLE AD BOX
DENPASAR, NusaBali
Puluhan perempuan pegiat skateboard di Bali dengan mengenakan baju kebaya meluncur di lapangan skate untuk memperingati Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April.
Rodi, selaku Pendiri Komunitas GalsSkate Bali di Denpasar, Minggu (20/4), mengaku sengaja merancang acara menjelang Hari Kartini ini untuk menghormati jasa Ibu Kartini yang juga membuat para skater perempuan ini bisa menjalankan hobinya.
“Kalau tidak ada Ibu Kartini, mereka (skater perempuan) juga tidak ada di sini. Ini supaya orangtua anak-anak ini juga memberi izin mereka bermain, karena ini hobi bagus, mereka belajar mental jatuh bangun dan bisa kumpul dengan teman-teman aktif di luar daripada hanya main gawai,” kata Rodi.
Wanita asal Jerman yang 20 tahun hidup di Bali itu mengaku sengaja mengajak puluhan skater perempuan hingga pegiat sepatu roda untuk bergabung dan menggunakan kebaya sebagai representasi Kartini.
Meski cukup kesulitan mengenakan kebaya dan kamen adat Bali saat bermain, Rodi mendapat respons positif dari anggota komunitasnya. Mereka menganggap kegiatan ini menyenangkan dan kesulitannya dapat diakali dengan membuat manuver gerakan yang lebih mudah dari biasanya.
Yang justru menjadi tantangan skater perempuan di era ini adalah mendorong lebih banyak perempuan bergabung, sementara di lapangan mereka kerap malu dengan situasi lebih banyaknya laki-laki daripada kaumnya.
“Masalah (yang dihadapi skater, Red) wanita ada banyak laki-laki di skatepark, karena olahraga ini didominasi laki-laki. Jadi kalau sendiri ke lapangan minder, makanya kami buat acara ini agar bisa kumpul anak-anak perempuan di tampat yang aman,” ujar Rodi.
Pada momentum Hari Kartini tahun ini komunitas memilih Lapangan Lumintang, Denpasar Utara, sebagai arena berkumpul, karena melihat lapangan skate ini belum lama dipercantik oleh pemerintah daerah.
Rodi mengajak puluhan perempuan dari dewasa hingga paling banyak anak-anak usia belasan tahun untuk bermain bersama dan selanjutnya tetap berlatih bersama. Hal ini lantaran pemerintah daerah juga sudah mulai memberi perhatian lewat pembuatan fasilitas pendukung.Salah seorang skater perempuan muda, Sarkara Laislana Abhipraya mengungkapkan rasa senangnya karena mendapat tantangan bermain skateboard mengenakan baju kebaya.
Meski cukup sulit bagi anak berusia 13 tahun itu tetap dia jalani, karena menurutnya kegiatan ini bagian dari selebrasi atas kebebasan perempuan.
Skateboard baginya bukan sekadar hobi, namun olahraga yang difokuskan, sehingga dia rutin mengikuti lomba-lomba untuk mencapai cita-citanya menjadi skater profesional.
Berkaca dari dirinya dan teman-teman sebayanya di Bali, Sarkara meyakini perempuan Bali punya potensi di olahraga ini, hanya butuh lebih banyak perlombaan yang memberi kategori khusus bagi perempuan, tidak dicampur dengan laki-laki.
“Skate itu dibilang rata-rata olahraga susah, terutama untuk perempuan, jadi seperti diminta biarkan laki-laki saja. Tapi menurut saya perempuan mempunyai bakat untuk bermain dengan laki-laki, dan laki-laki juga tidak semuanya bisa main skateboard,” ujarnya. 7 ant