Merawat Kolektivitas Seni Makin Mempesona

2 weeks ago 3
ARTICLE AD BOX
Pameran dibuka anggota DPR RI Dapil Bali Tutik Kusuma Wardhani SE MM MKes, bersama Bendesa Adat Padangtegal I Made Parmita, Minggu (6/4) sore. Pembukaan pameran dihadiri sejumlah pencinta seni. Di antaranya, Wayan Adi Mataram dan Ni Wayan Sri Ekayanti dari Yayasan Rastiti Bhakti di Desa Kemenuh, Gianyar. 

Hadir pula hampir seluruh seniman yang memamerkan karya. 32 seniman dimaksud, Murtayasa, De Sila, Lombeng, Suala, Sudirta, Wijana, Rediyasa, Man Arep, Kesuma T, Sarda, Suwela, Jaya, Arta Wijaya, Dangin, Suci AY, Gus Martin, Nikna, Wartayasa, Derta, Arka, Teresna, Astawa, Joni Arta, Arjawa, Tri Adi, Suteja, Dira, Ada, Mardika, Soger, Rai Sumendra, Sutama.

Di sela-sela pembukaan pameran, Ketua Arsha Rupa Ketut Murtayasa mengatakan komunitas ini dibentuk sejak Maret 2021, lanjut Juli 2021 memulai berpameran. Idenya bermula dari kumpul - kumpul beberapa teman hingga menyatukan persepsi untuk membentuk organisasi berbasis seni. 

Ke depan, komunitas ini diniatkan bisa bergerak dalam bidang sosial budaya, antara lain membantu warga khususnya seniman yang sakit, dan lain- lain. Komunitas ini kebanyakan alumni SSRI (Sekolah Seni Rupa Indonesia) yang kemudian menjadi Sekolah Menengah Seni Rupa (SMRSR) di Desa Batubulan, Gianyar, dan ISI Bali. Dia mengakui, 32 seniman ini menghimpun diri sebagai jawaban atas kerinduan untuk terus berkarya hingga dapat berpameran secara bersama-sama. Karena sejumlah seniman ada yang tulen, namun tak sedikit yang punya profesi lain.  

’’Saat Covid-19 meradang tahun 2021, kami bersembunyi. Namun, kami tetap berkarya untuk jaga-jaga karena kelak akan berpameran. Dan, terbukti di sini,’’ ujar perupa otodidak asal Lingkungan Sanggulan, Kelurahan Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Tabanan, ini.

Fasilitator Pameran Nyoman Arjawa SSn menambahkan, 32 seniman ini berasal hampir dari sembilan kabupaten/kota se Bali. Namun, kebanyakan dari Kabupaten Gianar. Karya rupa yang dipamerkan mulai dari gaya abstrak 5 persen, tradisi sekitar 20 persen, dekoratif 20 persen, dan selebihnya modern. ‘’Sebelum pameran ini dibuka, beberapa karya ini sudah ada yang mesan. Namun  tetap kami pamerkan,’’ ujar seniman serba bisa asal Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, ini.  

Perupa I Gede Susilayasa yang pemilik artshop De Sila menambahkan, sejumlah karya yang dipamerkan ini merupakan kelanjutan dari pameran di Museum Puri Lukisan, Ubud, 9 Februari - 3 April 2025. ‘’Namun pada pameran di Monkey Forest ini ada tambahan karya sekaligus seniman yang juga bergabung ke Arsha Rupa,’’ jelas perupa jebolan SMSR 1993 asal Banjar Selasih, Desa Puhu, Kecamatan Payangan, Gianyar ini. 

Anggota DPR RI Dapil Bali Tutik Kusuma Wardhani sangat mengapresiasi hajatan seni tersebut. Dia menilai karya-karya dalam pameran ini tak hanya sangat menarik secara visual, namun juga sarat makna dan pesan kehidupan. Dia berharap pameran ini mendapatkan apresiasi dari publik khususnya para pecinta seni. Di sisi lain, pameran ini juga menjadi wadah sangat baik bagi para seniman hingga bisa makin aktif berkarya. 

‘’Mudah-mudahan para seniman ini terus berkarya serta  membuka diri hingga mampu berinteraksi secara luas. Pemerintah juga harus terus membuka dan menyediakn wadah agar para seniman ini makin kreatif dan inovatif. Jangan hanya lip servis,’’ ujar politisi asal Singaraja ini.7lsa 
Read Entire Article