Korban Dikenali dari Gelang Tridatu yang Dipasangkan Istrinya Sebelum Pergi

2 weeks ago 3
ARTICLE AD BOX
NEGARA, NusaBali
Setelah menghilang selama dua pekan usai terseret arus di perairan muara Perancak, Jembrana, Sabtu (22/3) lalu, I Komang Suma Merta alias Mang Amo, 38, akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Jenazah nelayan asal Banjar Tengah, Desa Tegal Badeng Barat, Kecamatan Negara, Jembrana, ini ditemukan mengambang di perairan Gilimanuk, Sabtu kemarin.

Dari informasi, jenazah Mang Amo ini tepatnya ditemukan di tengah perairan kawasan Lingkungan Asih, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana, Sabtu (5/4) sekitar pukul 07.00 Wita. Jasadnya ditemukan seorang nelayan Gilimanuk yang sedang melaut dan langsung melapor kepada anggota Sat Polairud Polres Jembrana Pos Gilimanuk.

Mendapatkan laporan tersebut, anggota Sat Polairud berkoordinasi dengan Tim SAR Jembrana untuk segera melakukan evakuasi. Tim SAR gabungan tiba di Dermaga Water Bee Gilimanuk sekitar pukul 07.41 Wita dan mengevakuasi jenazah ke darat. Selanjutnya, jenazah yang sempat dinyatakan sebagai Mr X itu dibawa ke Puskesmas II Melaya dan dipindahkan ke RSUD Negara untuk dilakukan proses identifikasi.

Kapolres Jembrana AKBP Endang Tri Purwanto, Sabtu kemarin, menyatakan bahwa mayat Mr X itu ditemukan sudah dalam kondisi membusuk. Pengambilan sidik jari juga tidak memungkinkan karena kondisi jari hancur. Namun dari sejumlah ciri-ciri fisik pada jenazah, mayat Mr X itu diketahui adalah nelayan Jembrana yang sebelumnya dilaporkan hilang terseret arus pada Sabtu (23/3) lalu. 

Hal itu pun dipastikan langsung oleh istri korban, Ketut Sumardiasih, yang mendatangi kamar mayat RSUD Negara. “Istri korban mengenali sejumlah ciri-ciri fisik pada jenazah. Salah satunya adalah gelang Tridatu berwarna merah, hitam, putih, dan kuning di pergelangan tangan kanan yang dinyatakan terpasang sekitar seminggu sebelum kejadian dan dipasangkan langsung oleh istrinya,” ujar AKBP Endang.

Selain gelang Tridatu di pergelangan tangan kanan itu, juga terdapat ciri-ciri berupa dua gelang karet berwarna hitam di pergelangan tangan kiri dan celana dalam yang dikenali oleh istrinya. Dari pihak keluarga menolak dilakukan otopsi dan jenazahnya telah diserahkan ke keluarga. “Sudah diserahkan ke keluarga,” ucap AKBP Endang.

Sementara Perbekel Tegal Badeng Barat I Made Sudiana, mengatakan jenazah Mang Amo tiba ke rumah duka pada sekitar pukul 12.30 Wita. Menurutnya, kepergian Mang Amo ini tidak hanya meninggalkan duka bagi keluarganya. Namun dirinya selaku perbekel maupun masyarakat Desa Tegal Badeng Barat juga merasa sangat kehilangan. 

Sebab di lingkungan masyarakat setempat, Mang Amo dikenal sebagai sosok yang baik dan tidak pernah bermasalah. Terlebih lagi almarhum juga merupakan salah satu sosok yang aktif dalam organisasi, terutama dalam bidang seni tabuh. “Aktif organisasi seni ikut di sanggar jegog, gong, dan berbagai seni tabuh. Di banjar dan desa juga sangat aktif bermasyarakat. Dia juga biasa menjadi pelatih tabuh di desa,” kata Sudiana. 

Selain itu, Sudiana menyatakan bahwa almarhum Mang Amo juga merupakan sosok yang ramah dan sopan. Almarhum pun dinyatakan sebagai orang yang familiar sehingga banyak temannya yang ikut berduka. “Teman-temannya juga banyak dari luar Jembrana,” ucap Sudiana. 

Almarhum Mang Amo pergi buat selamanya dengan meninggalkan seorang istri dan dua orang anak. Anaknya yang pertama kelas 1 SMP dan si bungsu masih duduk di bangku kelas 1 SD. Sesuai hasil rembug pihak keluarga dan desa adat setempat, almarhum Mang Amo ini akan diaben di Setra Tegal Badeng Barat pada Anggara Paing Sungsang, Selasa (15/4) mendatang.

Seperti diberitakan sebelumnya, Mang Amo dilaporkan hilang setelah terseret arus di perairan muara Perancak, Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, pada Sabtu (22/3) siang. Insiden itu bermula saat korban mengantarkan tiga orang pemancing yang juga merupakan teman korban. 

Mereka berangkat dengan perahu fiber milik korban dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan dan pergi memancing di tengah laut seputaran perairan Perancak. Namun setelah melihat cuaca di tengah laut yang kurang bersahabat, korban bersama tiga temannya memutuskan balik. 

Nah dalam perjalanan pulang pada sekitar pukul 12.30 Wita, tepatnya saat memasuki pintu muara sebelah barat, korban melihat katir jukungnya yang sebelah kiri lepas. Tanpa pikir panjang, korban kemudian mengambil tali dan menceburkan diri ke laut untuk mengikat katir tersebut.

Naas saat berusaha mengikat katir itu tiba-tiba datang angin kencang disertai gelombang besar yang menghantam jukung. Hantaman gelombang itu membuat korban yang sempat berpegangan pada katir jukung pun terhempas sehingga tangannya lepas dari pegangan.

Saat itu lah korban seketika terseret arus deras dan menghilang. Ketiga temannya sempat berusaha mencari korban, namun tidak menemukan tanda-tanda keberadaan korban. Mereka pun menepi di pesisir Ketapang Muara, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, dan bergegas melaporkan kejadian tersebut. 

Tim SAR gabungan bersama para nelayan sempat turun melakukan upaya pencarian korban ke laut. Hingga operasi pencarian hari ketujuh, tidak ditemukan tanda-tanda keberadaan korban. Setelah dua pekan berlalu, korban ditemukan meninggal dunia di perairan Gilimanuk. 7 ode
Read Entire Article