Farmasi dan Ekraf Bisa Tarik Investasi di Bali

1 day ago 2
ARTICLE AD BOX
“Itu yang akan kami tawarkan agar investor itu tidak hanya di sektor tersier,” kata Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Dedi Latip di sela pembukaan pameran bisnis dan UMKM Bali Jagadhita 2025 di Denpasar, Bali, seperti dilansir Antara, Senin.

Saat ini, di Bali berdiri Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Denpasar sebagai KEK pertama di tanah air sekaligus sektor pariwisata yang menjadi sektor terbesar pada ekonomi Pulau Dewata.

Berdasarkan pemaparan, realisasi investasi pada 2024 di Bali mencapai Rp36,5 triliun, terdiri dari penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp24,21 triliun, penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp12,31 triliun.

Sedangkan selama triwulan I-2025, realisasi investasi di Bali mencapai Rp12,26 triliun, sebanyak Rp7,70 triliun di antaranya adalah PMA dan sebesar Rp4,55 triliun adalah PMDN.

Dari realisasi gabungan PMA dan PMDN di Bali secara umum dominasi investasi bergerak di sektor tersier.

Apabila dirinci, hotel dan restoran menduduki posisi puncak yakni hampir 30 persen, kemudian sebesar 24 persen investasi di perumahan, kawasan industri, dan perkantoran.

Kemudian jasa lainnya sebesar 15 persen, transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar 8,5 persen dan sisanya perdagangan dan reparasi.

“Bagaimana supaya tidak spesifik ke hotel dan restoran atau tersier lain. Ini coba kami dorong salah satunya mengundang PMA berharap mereka dukung hilirisasi dan mendukung yang sudah eksis,” ucapnya.

Agar daerah bisa menarik investasi, maka perlu mengangkat investasi berkelanjutan atau ramah lingkungan sesuai tuntutan investasi saat ini.

Untuk itu, ia pun mengharapkan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah guna menghadirkan kemudahan berusaha. 7
Read Entire Article