ARTICLE AD BOX
Lampung, gemasulawesi - Tragedi pembunuhan menimpa seorang nenek tunawicara bernama Siti Fatimah (55) di Kabupaten Utara, Lampung.
Pelaku yang melakukan kejahatan keji ini adalah tetangganya sendiri, seorang pria berusia 32 tahun bernama Mulkan.
Kejadian ini mengejutkan warga sekitar dan menjadi perhatian publik karena keterlibatan tetangga dalam aksi yang berujung maut tersebut.
Menurut keterangan Kombes Umi Fadillah, Kabid Humas Polda Lampung, peristiwa pembunuhan terjadi pada Sabtu, 16 November 2024.
Pada hari naas itu, Mulkan datang ke rumah Siti Fatimah tanpa basa-basi dan langsung menyerang korban menggunakan senjata tajam.
Akibat serangan mendadak tersebut, korban kehilangan nyawanya di tempat. Jenazah Siti Fatimah baru ditemukan oleh tetangga lain yang kebetulan melintas di pagi hari, membuat suasana di lingkungan tempat tinggalnya berubah menjadi mencekam.
Setelah peristiwa pembunuhan, polisi bergerak cepat untuk melakukan penyelidikan. Hasilnya, Mulkan berhasil ditangkap pada hari yang sama.
Dalam pemeriksaan, pelaku mengakui perbuatannya dan menyatakan bahwa tindakan tersebut dilatarbelakangi oleh rasa sakit hati.
Mulkan merasa dirinya sering dijadikan bahan gosip oleh korban, yang meskipun tunawicara, tetap berkomunikasi dengan warga sekitar menggunakan bahasa isyarat.
Pelaku mengaku bahwa Siti Fatimah diduga sering membicarakannya sebagai orang yang suka mabuk-mabukan dan berbuat onar.
Perasaan dendam dan sakit hati yang dipendam oleh Mulkan akhirnya meledak, hingga berujung pada pembunuhan.
Kasus ini menjadi perhatian serius, tidak hanya karena kejiannya tetapi juga karena alasan yang melatarbelakangi tindakan tersebut.
Perasaan sakit hati dan dendam yang tidak terkontrol menjadi penyebab terjadinya tragedi ini, dan hal ini menunjukkan bahwa keputusan yang diambil dalam keadaan emosi dapat berujung fatal.
Dari kasus ini, ada pelajaran penting yang dapat diambil. Mengatasi perasaan sakit hati dengan jalan kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan masalah, bahkan justru membawa dampak buruk bagi pelaku maupun korban.
Sebaliknya, komunikasi yang baik, mencari solusi, serta menahan diri dari tindakan berbahaya menjadi kunci untuk menghindari konflik yang berpotensi berujung tragis.
Setiap individu memiliki pilihan dalam menghadapi masalah dan emosi, dan penting untuk tidak membiarkan amarah mengendalikan diri hingga berakibat fatal. (*/Risco)